Dari Lubang Tambang ke Ladang Harapan: Kisah Gember Menemukan Emas Baru di Cisarua



Nama Gember dulu begitu lekat dengan dunia PETI (Penambangan Tanpa Izin) di kawasan Cisarua, Nanggung, Kabupaten Bogor. Pada awal tahun 2000-an hingga sebelum 2018, ia dikenal sebagai salah satu bos besar gurandil emas atau penambang emas ilegal yang disegani banyak orang.

 

Gurandil emas" adalah istilah yang merujuk pada penambang emas ilegal, sering kali tinggal di sekitar lokasi tambang emas dan bekerja tanpa izin


Mendulang emas tidaklah gampang, dibutuhkan keahlian dan kesabaran. Dengan nyali besar dan keberanian yang tak biasa, Gember memimpin lebih dari seratus gurandil. Mereka berbagi peran, mulai dari pemahat, penumbuk batu, hingga juru masak yang bekerja bergantian dalam tiga shift.

 

Dalam sehari, penambang emas ilegal atau gurandil bisa menggali ratusan karung batu yang berisi kandungan emas. Pada masa itu, keberhasilan diukur dari seberapa banyak emas yang bisa diangkat dari perut bumi. Meskipun berhasil menemukan sejumlah emas, para gurandil sering kali harus menghadapi risiko kesehatan dan keselamatan yang serius.

 

Semuanya berubah setelah operasi penertiban tambang ilegal gencar digalakkan pemerintah Bersama apparat penegak hukum. Lubang-lubang ditutup, dan kehidupan banyak warga, termasuk Gember, seolah berhenti. Tapi di titik itulah, kisah luar biasa justru dimulai.


Sundung Cisarua: Jalan Baru Setelah Tambang

 

Transformasi gember tak lepas dari hadirnya Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor, yang dikenal dengan nama “Sundung Cisarua.”

 

Program ini dirancang sebagai solusi jangka panjang untuk menjawab persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan pasca-penutupan tambang di Desa Cisarua, desa yang selama puluhan tahun hidup berdampingan dengan aktivitas pertambangan.

 

PPM “Sundung Cisarua” tidak hanya sekadar memberi bantuan, tapi juga membangun kemandirian. Fokusnya meliputi peningkatan keterampilan, penguatan ekonomi, dan pelestarian lingkungan. Salah satu bentuk nyatanya adalah melalui “Learning Center Jaro Farm”, tempat masyarakat belajar langsung praktik budidaya domba, pertanian berkelanjutan, hingga pengolahan limbah menjadi produk bernilai tambah.



Dari Tambang ke Peternakan

 

Untuk menjaga kesinambungan ekonomi hijau, PT Antam UPBE Pongkor juga membentuk kelompok ternak domba Garut yang menjadi ujung tombak pengembangan usaha sekaligus perlindungan lingkungan.

 

Melalui pendampingan program PPM, Gember menemukan jalannya kembali. Ia mulai belajar bertani dan beternak domba Garut. Kelompok taninya juga diikutsertakan dalam berbagai pelatihan, bahkan pernah dikirim ke Garut untuk mendalami ilmu ternak domba. Pengetahuannya diterapkan dengan serius — mulai dari perawatan domba, pembuatan pakan, hingga mengenali jenis penyakit dan cara mengatasinya.

 

Kini Jaro Farm menjadi salah satu kisah sukses dari Program PPM Antam Pongkor. Kelompok ternak yang awalnya hanya memelihara 50 ekor domba pada 2021, kini telah berkembang menjadi lebih dari 800 ekor. Program ini juga telah diduplikasi beberapa desa sekitarnya.

 

Program PPM di Desa Cisarua juga makin beragam melalui pemberdayaan perempuan tumbuh pesat dengan dibentuknya Kelompok Wanita Tani (KWT), yang mengembangkan produk olahan pertanian dan kerajinan eco-print.

 

Keberhasilan program PPM PT Antam telah mendapat pengakuan nasional melalui Subroto Award 2025 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk kategori Program PPM Terinovatif Komoditas Mineral.

 


Dari Untung ke Kemanfaatan

 

Gember kini bukan lagi “bos tambang,” melainkan penggerak lokal. Ia berbagi pengalaman di berbagai pelatihan peternakan di wilayah Nanggung, Kabupaten Bandung dan sekitarnya. Di tangannya, Jaro Farm bukan hanya tempat beternak, tapi juga ruang belajar bersama — tempat tumbuhnya ekonomi baru yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.

 

“Selama ini kami dibina oleh PT Antam Pongkor, bukan hanya domba tetapi juga ada pupuk dari kotoran ternak, bibit odot, sampai produk turunan lainnya,” ujar Gember.

 

Pendapatan peternakan Jaro Farm juga cukup menggiurkan. Domba Garut berumur dua tahun laku dijual antara tiga hingga empat juta rupiah. Nilainya bisa lebih tinggi saat hari raya kurban.


“Omzet setahun disini (Jaro farm) Rp400 juta. Dulu waktu masih menjadi gurandil memang untung, tapi juga banyak merugikan, lingkungan rusak, saya pun tidak tenang melakoninya. Menurut saya, bukan berbicara untung, tapi gimana caranya bisa bermanfaat untuk banyak orang,” tambahnya.


Local Hero dari Tanah Tambang

 

Perjalanan Gember adalah simbol transformasi sosial yang berhasil diwujudkan melalui kolaborasi antara masyarakat dan perusahaan.


Dari lubang tambang yang dulu menelan banyak harapan, kini tumbuh lahan hijau yang menumbuhkan masa depan baru bagi Cisarua.


Dan dari seorang mantan pelaku PETI, kini lahirlah Local Hero — sosok yang membuktikan bahwa keberanian sejati bukan hanya soal menggali emas, tapi menggali makna hidup yang bermanfaat bagi banyak orang. (DP)

sumber: HumasMinerba