Indonesia Dorong Hilirisasi Batubara dan Transisi Energi pada Coaltrans Asia 2025
Direktur Jenderal Mineral dan
Batubara Kementerian ESDM, Tri Winarno menegaskan pentingnya peran batubara
dalam menjaga ketahanan energi nasional, sekaligus meneguhkan komitmen
Indonesia terhadap transisi energi berkeadilan. Hal tersebut disampaikan dalam
sambutan pada ajang Coaltrans Asia (CT Asia) 2025 yang digelar di Bali, Senin
(22/9).
Dalam paparannya, Dirjen Minerba
menyampaikan bahwa konsumsi batubara global masih berada pada tingkat tinggi,
dengan Asia menjadi kawasan penopang utama. Indonesia, dengan cadangan batubara
sebesar 97,96 miliar ton sumber daya dan 31,95 miliar ton cadangan, tetap
menjadi pemasok penting di kawasan.
“Produksi batubara Indonesia
mencapai 836 juta ton pada 2024, rekor tertinggi sepanjang sejarah. Tahun 2025,
hingga Agustus produksi telah menembus 509 juta ton atau 68,81?ri target.
Dengan capaian ini, target produksi tahun ini dapat dicapai bila performa
kuartal IV tetap terjaga,” ungkap Tri Winarno.
Kontribusi batubara terhadap
perekonomian juga signifikan. Pada 2024, penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
sektor batubara tercatat Rp142,89 triliun, lebih dari 70% total PNBP Minerba.
Dirjen Minerba menekankan bahwa
Indonesia tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga pada hilirisasi
batubara untuk menciptakan nilai tambah. Program hilirisasi diarahkan pada
produk seperti Dimethyl Ether (DME) untuk substitusi LPG serta metanol sebagai
bahan baku industri kimia dan energi.
Selain itu, penerapan Clean Coal
Technology (CCT) menjadi agenda utama untuk menekan emisi, termasuk penggunaan
supercritical dan ultra-supercritical boilers serta pengembangan gasifikasi
batubara. Teknologi ini memungkinkan batubara diubah menjadi syngas yang dapat
digunakan untuk listrik, bahan bakar cair, hidrogen, maupun bahan baku industri
kimia.
“Saat ini, semua pembangkit listrik PLN baru yang disetujui sebelum
moratorium, diwajibkan menggunakan teknologi superkritis atau yang lebih baik,
dan demikian pula, beberapa pembangkit listrik mandiri untuk industri
mengadopsi boiler unggun terfluidisasi sirkulasi yang lebih efisien untuk
batubara,” jelas Tri Winarno.
Pemerintah Indonesia menargetkan
pensiun dini PLTU batubara pada 2040, maka peran batubara disesuaikan dengan strategi
pemanfaatan batubara yang adil di masa depan dan mendukung pengurangan emisi
karbon.
“Di satu sisi, batubara masih
dibutuhkan untuk menjaga pasokan energi dan mendorong pertumbuhan industri,
terutama smelter. Namun di sisi lain, kita juga harus disiplin mengelola
penggunaan batubara, mendorong hilirisasi, dan mengurangi dampak lingkungannya,”
tambahnya.
Coaltrans Asia 2025 menjadi ajang
penting bagi Indonesia untuk menegaskan arah kebijakan energi nasional, yaitu
menjaga keseimbangan antara konsumsi batubara, penguatan pasar domestik,
penyelarasan antara industri smelter dengan dekarbonisasi dan hilirisasi, serta
berkelanjutan bagi generasi mendatang. (dp)