Batubara Masih Jadi Andalan Energi Nasional, Pemerintah Dorong Teknologi Rendah Emisi
Jakarta – Hingga 15 Juli 2025,
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor mineral dan batubara (minerba)
tercatat telah menyumbang Rp71 triliun. Angka ini menempatkan subsektor minerba
sebagai penyumbang terbesar PNBP di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) pada semester pertama tahun ini.
Hal tersebut disampaikan Direktur
Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, saat
acara Energi & Mineral Festival 2025 di Jakarta, Kamis (31/7/2025).
“Sektor energi dan sumberdaya minerba menyumbang Rp 400
triliun dari pajak, nonpajak untuk keuangan negera. Selain itu menggerakkan
12,5?ri total GDP Indonesia,” tambahnya.
Meski mencatat angka signifikan,
Dirjen Minerba mengakui bahwa terjadi penurunan kinerja PNBP secara tahunan.
Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi eksternal, seperti melemahnya harga
komoditas global dan penurunan permintaan ekspor mineral dan batubara.
Sebelumnya diketahui, target
total PNBP Kementerian ESDM tahun 2025 dari seluruh subsektor mencapai Rp254,49
triliun, meningkat dari target tahun sebelumnya yang berada di angka Rp234,2
triliun.
Dirjen Minerba menekankan bahwa
pengelolaan sumber daya mineral dan batubara harus memberikan manfaat optimal
bagi seluruh masyarakat. Ia menyoroti pentingnya ketersediaan energi yang
merata dan terjangkau, terutama bagi masyarakat di wilayah yang masih minim
akses listrik.
Saat ini, masih terdapat sekitar
5.400 desa yang belum sepenuhnya menikmati akses listrik dan beberapa wilayah
yang masih tergantung pada bahan bakar minyak.
“Diharapkan pada lima tahun ke
depan, listrik bukan lagi menjadi barang mahal dan langka, tapi bisa terjangkau
bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegasnya.
Saat ini, sekitar 40 persen
bauran energi nasional masih bertumpu pada batubara. Meskipun Indonesia tengah
mengakselerasi transisi menuju energi baru dan terbarukan (EBT), pemerintah
tetap membuka ruang bagi batubara sebagai sumber energi utama, namun dengan
pendekatan yang lebih ramah lingkungan, seperti penerapan teknologi carbon
capture dan pengembangan pembangkit listrik rendah emisi karbon.
“Harapannya ke depan semakin
ramah tetapi tidak meninggalkan sektor yang kita andalkan, batu bara tetap
digunakan dengan teknologi yang dapat maju seperti carbon storage,
lalu listrik rendah karbon, sehingga betul-betul bisa optimal, dan ke depan
masyarakat bisa menikmati energi murah,” ujar Tri. (dp)