Warga Terancam Keracunan Merkuri Di Tepi Sungai Kahayan

Palangkaraya, Kompas - Ribuan warga yang mendiami tepian Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah, terancam keracunan merkuri atau air raksa karena maraknya penggunaan zat berbahaya itu oleh penambang emas liar di sepanjang sungai tersebut.

Di sungai sepanjang lebih kurang 600 kilometer tersebut, terdapat ribuan penambang emas liar yang beroperasi dan menggunakan merkuri untuk mengolah hasil tambangnya.

Merkuri dari pengolahan emas itu langsung masuk ke sungai karena penambang melakukan pengolahan di atas lanting (rakit kayu). Padahal, ribuan warga dari puluhan desa di sepanjang tepian Sungai Kahayan itu masih memanfaatkan air sungai untuk kehidupan sehari-hari.

Dari pemantauan Kompas di Sungai Kahayan, Sabtu pekan lalu hingga Rabu (7/4), ribuan lanting berisi peralatan tambang bertebaran di sepanjang sungai dari bagian Kota Palangkaraya hingga di bagian hulu sungai.

Di sekitar Kota Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas, yang terletak di bagian hulu, sekitar 200 kilometer dari Kota Palangkaraya, ratusan mesin milik warga melakukan kegiatan penambangan, menyedot lumpur dan pasir untuk mencari emas, baik di darat maupun di sungai.

Menurut Ibung, warga Tanjung Riu, Kabupaten Gunung Mas, setiap satu ons merkuri digunakan untuk melarutkan sekitar lima gram emas. Harga merkuri di pasaran setempat sekitar Rp 90.000 per kilogram. "Mudah dapatnya, beli di Banjarmasin atau di Palangkaraya juga banyak," katanya.

Padahal, warga memanfaatkan air sungai untuk mandi, mencuci, memancing, ataupun menjala ikan. Beberapa hewan ternak seperti sapi juga merumput di pinggir Sungai Kahayan.

Untuk membersihkan hasil penambangan, para penambang emas itu menggunakan merkuri. "Butir-butir emas yang masih bercampur kotoran, seperti pasir atau tanah, dilarutkan dalam air raksa. Setelah itu diperas dengan kain lembut. Pengolahan ini dilakukan di lanting-lanting itu juga," kata Silapen (35), penambang emas warga Bereng Rambang, Kabupaten Pulang Pisau.

Di daerah hulu, penambangan juga terdapat di anak-anak Sungai Kahayan dan di darat, di lahan perkebunan. Pasir sungai-sungai di sekitar Kota Kuala Kurun tampak putih, penuh dengan limbah penambangan emas.

Selain mengancam ribuan warga, para penambang sendiri juga terancam terkena merkuri saat melakukan pengolahan. Merkuri yang masih tersisa saat diperas dalam emas hasil olahan kemudian dibakar supaya menguap. "Kami harus hati-hati saat membakar emas untuk menghilangkan raksa yang tersisa karena kami bisa keracunan," ujar Ibung.

Bupati Gunung Mas J Djudae Anom, yang di daerahnya juga terdapat ribuan penambang emas liar, mengaku sangat kesulitan untuk menertibkan penambang emas tersebut. Menurut dia, kegiatan penambangan dengan menggunakan merkuri itu membahayakan warga yang tinggal di tepian Sungai Kahayan. "Kami belum bisa menertibkannya karena tambang itu juga menjadi gantungan hidup banyak warga. Kami tidak bisa asal gusur kalau belum memiliki solusi untuk para penambang itu," katanya.

sumber: