Warga Masih Blokir Jalan Masuk FI
TIMIKA
Warga Masih Blokir Jalan Masuk FI
Suara Karya, 23 Februari 2006
ÂÂ
"Hingga pukul 21.30 WIT,
Jumlah orang yang melakukan aksi pemblokiran jalan, menurut dia, lebih banyak dibanding aksi sehari sebelumnya. Namun, secara umum situasi keamanan tetap terkendali.
Ia juga menyayangkan beredarnya informasi yang mengatakan ada warga yang tertembak dalam aksi bentrokan tersebut. "Informasi itu tidak benar. Tetapi karena dimuat media
Kartono mengakui, ada tiga warga yang mengalami luka-luka dalam aksi tersebut. Namun mereka terluka akibat terjatuh sendiri saat melakukan aksi. Ketiganya adalah Agus Munip yang mengalami luka di dagu, Jolines Waker (luka di dahi), dan Sulyantinal (luka di dada). "Mereka lari dan terjatuh. Tidak ada yang luka tembak. Karena, aparat saat melakukan sweeping tidak dibekali senjata api," katanya.
Dua anggota Polri dan tiga satpam PT FI juga mendapat luka saat bentrokan itu terjadi. Mereka adalah Bripka Made Murgana, yang patah kelingking karena jatuh, dan Brigadir Marthen (yang memar akibat terkena lemparan batu).
Sedangkan satpam PT FI, yaitu
Wakadiv Humas Polri Brigjen Pol Anton Bachrul Alam, di Jakarta, mengungkapkan, aparat Polres Mimika dibantu Polda Papua masih mengamankan lokasi untuk mencegah terjadinya bentrokan susulan antara massa dan petugas keamanan.
Sementara itu, sekitar 50 orang yang mengatasnamakan diri mahasiswa asal Pegunungan Tengah Provinsi Papua, Rabu siang, menggelar demonstrasi atas kasus penembakan di Tembagapura, yang melukai tiga warga sipil dan mengakibatkan ruas jalan raya nasional Abepura-Sentani macet total.
Aksi itu dilakukan mahasiswa Pegunungan Tengah itu sebagai rasa kecewa atas sikap aparat keamanan dan satpam PT FI. Kekecewaan adanya aksi kekerasan terhadap masyarakat di Timika juga diungkapkan Sekretaris Badan Pengurus Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesa (PBHI) M Arfiandi Fauzan.
Menurut dia, kekerasan untuk kesekian kalinya ini semestinya tidak terjadi jika semua pihak, khususnya pihak keamanan gabungan tersebut, mampu menahan diri dan mengupayakan penyelesaian persuasif.
Arfiandi mengatakan, kekerasan yang terjadi di Timika dalam beberapa waktu terakhir adalah sebuah potret ketidakadilan dalam rentang waktu yang sangat panjang.
Selama ini PBHI menilai masyarakat sudah tersingkirkan dari akses terhadap sumber daya alam, tidak ada kontribusi dari PT Freeport untuk kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. sumber: