Warga Jakarta Bergantung pada Pembangkit Listrik Tua

Warga Jakarta Bergantung pada Pembangkit Listrik Tua

Kompas, 3 Juni 2005

 

Jakarta, Kompas - Warga Ibu Kota Jakarta rentan mengalami gangguan pemadaman listrik karena Pembangkit Listrik Tenaga Uap Muara Karang yang menjadi andalan memenuhi kebutuhan listrik di wilayah tersebut sudah tidak bisa dioperasikan lagi akibat usia teknisnya telah habis. Pembangkit yang sudah memasuki masa istirahat pada tahun 2004 adalah PLTU unit 1, unit 2, dan unit 3 dengan total kapasitas 300 megawatt, ketiga pembangkit tersebut telah beroperasi selama 25 tahun.

Demikian diutarakan Manajer Unit Pembangkitan Muara Karang PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Isvandono, Kamis (2/6) di Jakarta.

Pembangkit unit 1, unit 2, dan unit 3 masih tetap dioperasikan hingga saat ini dan rencananya pada tahun 2007 hingga tahun 2008 akan dilakukan peremajaan kembali menjadi 700 MW dengan dana 400 juta dollar AS dari Japan Bank International Corporation (JBIC).

Isvandono juga menyampaikan bahwa PLTU unit 4 dan unit 5 dengan total kapasitas 400 MW juga akan memasuki masa istirahat pada tahun 2006. Akan tetapi, rencananya akan dilakukan rehabilitasi pada tahun 2007 dengan pendanaan sebesar 130 juta dollar AS dari JBIC.

Bisa efisien

Meskipun pembangkit yang dimiliki PT PJB sudah tua, tetapi pengoperasian pembangkit masih mampu membukukan efisiensi biaya operasi sebesar Rp 775 miliar pada tahun 2004. Efisiensi dihasilkan karena PJB telah mengimplementasikan generasi terakhir metode pemeliharaan yang disebut sebagai plant maintenance optimation yang merupakan standar pemeliharaan pembangkit di Amerika Serikat.

Atas dasar fakta itu, Direktur Produksi PT PJB Bagiyo Riawan membantah tudingan Working Group on Power Sector Restructuring (WG-PSR) yang menyatakan manajemen perawatan PLN buruk sehingga ada inefisiensi. Terbukti, PJB justru mampu menciptakan efisiensi biaya operasi sebesar Rp 775 miliar sehingga menurunkan harga listrik dari Rp 439 per kilo Watt kali jam (kWh) menjadi Rp 410 per kWh.

Dalam mengoperasikan pembangkit listrik, pihak PJB mempunyai standar dan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi yang tinggi. Selain itu, pembangkit milik PJB terbukti memperoleh ISO yang merupakan standar internasional.

Tingkatkan efisiensi

Dalam siaran pers menanggapi hasil investigasi WG-PSR yang menyatakan adanya dugaan inefisiensi PLN senilai Rp 6 triliun lebih, Sekretaris Perusahaan Harry Jaya Pahlawan mengatakan, pasokan daya PLN lebih rendah dibandingkan dengan daya terpasang karena penurunan kemampuan akibat usia teknis pembangkit, pemeliharaan, dan variasi musim.

Harry juga menegaskan, PLN telah berhasil menurunkan biaya produksi. Sesuai hasil audit, PLN telah meningkatkan efisiensi termal, penekanan susut, diversifikasi penggunaan energi primer non-BBM, dan perawatan pembangkit yang optimal.

Menyinggung tudingan adanya mark up PLTGU Cilegon, Harry mengatakan, biaya konstruksi PLTGU dan transmisi memang hanya sebesar 364,9 juta dollar AS, tetapi totalnya sebesar 431,3 juta dollar AS. Hal itu karena ada selisih pajak 38 juta dollar AS dan sisanya bunga pinjaman dan biaya pinjaman.

Mengenai PLTU Cilacap, disebutkan proyek itu menguntungkan konsumen. Sedangkan Sistem Informasi Konsumen (CIS) untuk meningkatkan pelayanan dan mencegah kehilangan pendapatan.

sumber: