Tunggu revaluasi yuan, China tunda impor tembaga

Tunggu revaluasi yuan, China tunda impor tembaga

HONG KONG (Reuters): Khawatir terealisasinya revaluasi atas yuan, sejumlah importir tembaga China memilih untuk menunda kegiatannya, terlebih menjelang libur Hari Buruh yang akan berlangsung selama sepekan, minggu depan.

Seorang importir tembaga di China mengatakan pembelian impor oleh pabrikan produk tembaga skala kecil dan menengah akan terhenti selama libur Hari Buruh tersebut, apalagi saat ini harga logam dasar itu sedang berada di posisi yang tinggi.

Selain itu, realisasi peningkatan kurs yuan terhadap dolar AS dipastikan akan membuat harga tembaga lebih rendah bagi importir tersebut, karena ditransaksikan dalam mata uang AS itu.

China menyerap 20% pasok tembaga global.

"Kami terpengaruh rencana revaluasi itu, impor akan tertunda," kata pedagang tersebut yang menyatakan pemerintah China diketahui akan merealisasi kebijakan revaluasi itu selama hari libur tersebut.

Harga tembaga penyerahan tiga bulan di London Metal Exchange tertekan hingga 4% di bawah posisi rekor US$3.336-US$3.338 per ton yang dicapai pada April 12.

Namun demikian, posisi itu masih lebih tinggi 10% sejak awal Januari saat para penggalang dana global menyerbu pasar komoditas.

Sejak akhir pekan lalu, pejabat-pejabat ekonomi senior China telah menyebut-nyebut soal kemungkinan untuk melonggarkan patokan kurs yuan terhadap dolar AS, dari saat ini senilai 8,28 yuan.

Tapi tidak ada satu penegasan pun soal jadwal penerapan kebijakan tersebut.

Dolar AS anjlok ke posisi terendah sebulan terakhir terhadap yen Jepang, setelah pernyataan itu, meski kemudian tertolong oleh data ekonomi AS yang dinilai baik oleh pasar kemarin.

"Revaluasi adalah faktor penting bagi pasar tembaga," kata seorang pedagang di Shanghai, basis ritel tembaga China.

Kekhawatiran lain yang diterima pasar adalah kemungkinan Beijing menaikkan suku bunga untuk men'dingin'kan ekonomi yang telah tumbuh hingga 9,5% pada kuartal I/2005.

"Pasar hanya bisa menunggu dua hari ini, tidak ada yang bisa memprediksi arah harga, yang sudah terlalu tinggi," kata seorang eksekutif dari sebuah perusahaan perdagangan internasional.

Pemasok utama ke China adalah BHP Billiton dan Codelco, produsen utama dunia dan milik pemerintah Chile.

sumber: