Tren Saham Bukit Asam Menguat

 

Selasa, 27 Desember 2005, 00:55 WIB
Tren Saham Bukit Asam Menguat

Laporan - Investor Indonesia

Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menjanjikan untuk perdagangan jangka panjang. Beberapa indikator teknis menunjukkan saham sektor pertambangan tersebut layak dikoleksi.

Tren jangka panjang saham Bukit Asam masih menguat, kata analis PT Sarijaya Permana Sekuritas M Alfatih kepada Investor Daily di Jakarta, Jumat (23/12).

Pada perdagangan akhir pekan lalu, PTBA ditutup menguat Rp 10 ke posisi Rp 1.800. Volume transaksi saham yang dibukukan mencapai 5,66 juta lembar senilai Rp 10,19 miliar. Sedangkan frekuensi transaksi tercatat sebanyak 149 kali.

Menurut Alfatih, saham Bukit Asam telah menembus support kuat di level Rp 1.700. Sejak Agustus 2005, saham sektor pertambangan tersebut bergerak mendatar (sideways). Beberapa hari terakhir, saham Bukit Asam cenderung bergerak dalam kisaran sempit di kisaran support Rp 1.750 dan resistance Rp 1.815, ujar dia.

Dia menambahkan, saham Bukit Asam diperkirakan masih bergerak mendatar, meskipun dalam jangka panjang berpotensi menguat. Beberapa indikator teknis menunjukkan saham Bukit Asam akan bergerak ke atas.

Indikator moving average convergence divergence (MACD) memperlihatkan saham Bukit Asam akan bergerak positif, dengan jangka menengah panjang berpotensi menguat, meskipun agak tertahan. Sedangkan indikator relative strength index (RSI) menunjukkan pergerakan yang netral pada PTBA, jelas dia.

Sementara itu, analis PT Mitra Investdana Sekurindo Sumarmo menambahkan, saham Bukit Asam bergerak atraktif dan berpotensi menuju level tertinggi Rp 1.890. Mudah-mudahan, saham Bukit Asam akan memanfaatkan aksi window dressing pada tiga hari terakhir perdagangan tahun ini, imbuhnya.

Namun demikian, price to earning ratio (PER) saham Bukit Asam relatif tinggi dibanding industrinya. PER Bukit Asam mencapai 8,4 kali, sedangkan Bumi Resources (BUMI) 7,4 kali. Sedangkan price to book value (PBV) Bukit Asam masih 2,15 kali dibanding BUMI 6,64 kali dan Aneka Tambang (ANTM) 2,2 kali.

Revisi Target

Sementara itu, manajemen Tambang Batubara Bukit Asam merevisi target laba bersih tahun ini menjadi kurang dari Rp 500 miliar. Revisi dilakukan karena membengkaknya biaya akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Target laba bersih 2005 semula ditetapkan lebih dari Rp 500 miliar. Namun, kini sedikit diubah menjadi kurang dari jumlah tersebut, kata Sekretaris Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam Milawarma kepada Investor Daily, beberapa waktu lalu.

Menurut Milawarma, naiknya harga BBM sejak awal Oktober lalu membuat biaya operasional perseroan membengkak. Kenaikan harga BBM tahun 2005 memberikan pengaruh kenaikan biaya sekitar US$ 1 per ton, jelasnya.

Dia menjelaskan, pada 2004 perseroan membukukan laba bersih Rp 419 miliar atau melonjak 100% dibanding selama 2003 yang mencapai Rp 210 miliar. Sedangkan target pendapatan tahun ini ditetapkan sebesar Rp 3,1 triliun, setelah pada 2004 membukukan Rp 2,6 triliun.

Sedangkan hingga triwulan III 2005, perseroan mencetak laba bersih Rp 364,9 miliar atau naik 36% dibanding periode sama 2004. Pertumbuhan keuntungan BUMN itu terutama akibat kenaikan harga jual rata-rata batubara serta peningkatan selisih kurs.

Laporan keuangan konsolidasi Bukit Asam per 30 September 2005 (tidak diaudit) termasuk Bukit Asam dan PT Tambang Batubara Bukit Kendi (75% kepemilikan) menyebutkan, kenaikan laba emiten periode Januari September 2005 dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun sebelumnya dipicu peningkatan harga jual rata-rata pasar ekspor dari US$ 33,3 menjadi US$ 42,4.

Harga jual ke pasar domestik pada tahun ini juga naik menjadi Rp 265 ribu dari Rp 243 ribu pada tahun lalu. Selain itu, pendapatan terhadap selisih kurs juga meningkat. Kenaikan harga jual dan selisih kurs tersebut membuat pendapatan Bukit Asam pada sembilan bulan pertama 2005 mencapai Rp 2,18 triliun atau naik 15% dibanding periode sama tahun lalu Rp 1,89 triliun.

Secara umum, neraca konsolidasi per 30 September 2005 mencerminkan kondisi sangat bagus dengan likuiditas keuangan yang tinggi tanpa ada utang jangka panjang. Hal ini memungkinkan Bukit Asam berkembang dan meningkatkan pertumbuhan usaha.

Sementara itu, pendapatan sebelum pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perseroan menguat 32% menjadi Rp 556,1 miliar dari Rp 421,92 miliar periode 2004. Sedangkan EBITDA margin konsolidasi naik 14,5% dari 22,3% menjadi 25,5%.

Milawarman menambahkan, pada 2006, BUMN pertambangan itu juga akan menghadapi lonjakan biaya akibat kenaikan tarif listrik. Namun, kenaikan tersebut dinilai kurang signifikan, karena komponen listrik hanya sebesar kurang dari 1% total biaya.

Rekomendasi

Alfatih maupun Sumarmo merekomendasikan beli saham Bukit Asam untuk perdagangan jangka panjang. Sedangkan untuk jangka pendek hingga menengah, Alfatih merekomendasikan hold.Support saham Bukit Asam di level Rp 1.750 dan resistance Rp 1.815, kata dia. Sementara itu, Sumarmo memberikan kisaran support pada level Rp 1.740 dan resistance Rp 1.890, jelas dia. (art)

Tips PTBA

Tren

Jangka panjang: menguat

Fundamental

Per September 2005, laba bersih naik 36% jadi Rp 364,9 miliar

Penjualan naik 15% jadi Rp 2,18 triliun

PER: 8,4 kali, PBV: 2,15 kali

Teknis

RSI: mendatar

MACD: menguat (jangka panjang)

Rekomendasi

M Alfatih:

Jangka pendek-menengah: hold

Jangka panjang: beli

Support: Rp 1.750, resistance: Rp 1.815

Sumarmo:

Jangka panjang: beli

Support: Rp 1.740, resistance: Rp 1.890

sumber: