Tantangan Negara-Negara yang Berbasiskan Sumber daya Alam: Sumberdaya Pemerintahan (2)

Faktor kunci yang menentukan bahwa sebuah sumberdaya alam menjadi kutukan atau berkah itu adalah tingkat pemerintahan dan adanya pemerintahan  yang kuat. Akan tetapi bagi banyak negara-negara yang kurang berkembang (NKB) hal ini seperti penggambaran situasi "chicken and egg, alias ayam dan telor", yaitu bahwa kenyataan bahwa banyak negara-negara NKB memiliki pemerintahan dan institusi yang lemah. Mereka tidak bisa begitu saja lepas dari perangkap lingkaran setan ini, di sisi lain sebenarnya lingkungan internasional juga memiliki peran di dalam memutuskan rantai atau justru  meningkatkan lingkaran kutukan sumberdaya alam tersebut. Beberapa elemen tersebut diantaranya:

1. Globalisasi yang terjadi di dunia ini telah meningkatkan pemantauan global dan sistem regulasi global yang mempengaruhi berbagai negara, seperti adanya WTO, Kyoto Protocol, dll.

2. Tingkat korupsi pada negara NKB, sebagai pelanggaran yang serius pada berbagai negara.

3. Munculnya berbagai sistem pemantauan globalyang baru untuk sumberdaya alam global, seperti EITI, Kimberley Process dan COST (construction industry transparancy initiative) pada negara-negara NKB.

4. Munculnya China dan India sebagai pasar sumberdaya dan investor pada negara NKB sebagai pilihan lain untuk negara-negara barat yang  selama ini dikenal sebagai investor utama khususnya pda berbagai negara bekas koloninya, dll.

Akhirnya tak ada satupun yang dapat  memenuhi "one size fits all", atau satu ukuran untuk semua, pada penetapan strategi penguatan sumberdaya pemerintahan (resource governance) NKB.  Tetapi nampaknya ada sejumlah strategi yang dapat diterapkan untuk hal ini, seperti akses kepada internasional protokol (misal: APRM, EITI, dll) dan pembentukan institusi yang secara kritis memfasilitasi dan mengawasi optimalisasi manfaat dalam eksploitasi sumberdaya alam. 

Di dalam kajiannya Paul Jourdan (2008), juga menyampaikan bahwa ke-depan nampaknya dominasi investor asing pada sektor sumberdaya alam tidak akan terus berlangsung berkelanjutan atau setidaknya akan muncul masalah-masalah disitu. Kapital lokal yang dianggap lebih mengenal terhadap kesempatan lokal, termasuk dengan jaringan setempat menjadi hal yang cukup kritis untuk dikembangkan. Namun, kebanyakan NKB justru memiliki tipikal lemahnya kemampuan bisnis domestik atau lokal, sehingga kebanyakan mereka juga justru tidak mampu untuk mengambil peran di dalam mengambil kesempatan sejumlah  pengembangan sektor sumberdaya alam di dalam negerinya sendiri. Maka sejumlah NKB melaksanakan kerjasama multilateral atau mengandalkan bantuan lembaga donor yang sebenarnya di sisi lain juga mengandung resiko modal dan keahlian. 

edpraso

sumber: