Tantangan ekonomi pemerintahan baru
|
|
Bisnis, 6 Juli 2004 - Seharusnya dengan kenaikan suku bunga ini, pemilik dana, seperti fund manager akan lebih tertarik menanamkan uangnya ke dolar AS daripada rupiah. Ini dapat mengakibatkan nilai rupiah tertekan, tetapi kenyataan pasar tidak demikian. Pada penutupan Jumat pekan lalu, rupiah menguat tidak tanggung-tanggung hingga mencapai Rp9.000 per US$. Meski melemah kembali, rupiah tetap di bawah Rp9.200 per US$. Indeks BEJ juga menguat, hingga mencapai level sedikit di bawah 750 poin. Sentimen pasar yang positif ini sangat didorong oleh berakhirnya masa kampanye tanpa kekerasan, dan para pelaku pasar optimistis Pemilu 5 Juli berjalan mulus. Hal ini membuktikan faktor politik sangat dominan terhadap perkembangan ekonomi dan bisnis sekurang-kurangnya dalam jangka pendek. Meskipun demikian, obligasi pemerintah yang dikenal dengan SUN, penjualannya menurun drastis. Ini harus cepat diantisipasi oleh pemerintah agar kita tidak kebanjiran likuiditas lagi. Jika hal ini terjadi, akan mengakibatkan nilai rupiah tertekan dan mendorong tingkat inflasi yang pada Juli jauh lebih rendah dibandingkan Juni. Ini bukan akhir dari semua cerita, karena muara dari pilpres adalah perhitungan suara. Jangan sampai terjadi manipulasi perhitungan suara pada semua tingkatan. Jika ini terjadi, akan merusak kredibilitas pemilu dan dampaknya sangat berat, bukan hanya bagi dunia ekonomi dan bisnis, tetapi berdampak negatif bagi hari depan bangsa dan negara. Dunia internasional juga mengikuti seksama, dan Tuan Carter pun sudah ada di Jangkar negara Pelajaran di berbagai negara mendemonstrasikan bahwa kekuatan ekonomi amat menentukan. Lihat bagaimana pengalamanan Uni Soviet, yang pada masa kejayaannya sebagai negara adi kuasa memiliki kekuatan militer luar biasa. Begitu pula kekuatan teknologi canggih, termasuk teknologi ruang angkasa, yang tidak kalah dibandingkan dengan Amerika Serikat. Tetapi negara adi kuasa ini hancur berkeping-keping. Faktor penyebab utamanya adalah karena ekonominya yang rapuh. Demikian rapuhnya ekonomi Uni Soviet pada saat itu, sehingga ibu-ibu tidak dapat berbelanja di pasar dengan menggunakan rubel, karena penjual tidak mau lagi menerima rubel dan meminta dolar Amerika. Jadi di sini tidak ada urusan komunis atau bukan, hukum ekonomilah yang berjalan. Slogan-slogan Gorbachev dan Yeltsin untuk pembaruan dan keterbukaan hanya faktor pendorong saja, sehingga situasinya lebih cepat matang. Lihat pula pengalaman Cina yang dikecam karena masih menggunakan sistem komunis yang tidak demokratis, tetapi rakyatnya tenang karena kehidupan mereka sekarang jauh lebih baik dari satu dekade lalu. Inti persoalan kita ke depan, bagaimana membangun kekuatan ekonomi yang tangguh dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi ekonomi dalam negeri seraya mengoptimalkan hubungan ekonomi regional dan global. Faktor penentu pembangunan ekonomi tidak dapat lagi ditentukan pemerintah, tetapi akan lebih ditentukan pelaku pasar, usahawan, pedagang, dan para investor dalam dan luar negeri. Bukan berarti peran pemerintah harus dikubur, tetapi pemerintah tetap memainkan peran penting dalam membuat kebijakan publik yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Peran pemerintah juga penting untuk menggairahkan investasi serta diperlukan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan transparan agar terjadi persaingan yang sehat. Peran pemerintah juga diperlukan untuk mengangkat nasib mereka yang masih tertinggal di belakang, terutama mereka yang benar-benar dalam keadaan miskin. Untuk membangun kekuatan ekonomi yang berkesinambungan, butuh kesinambungan kebijakan dan figur-figur yang mengelola kebijakan. Sejak 1998 hingga 2004, Jadi selama enam tahun kita telah diatur oleh tujuh orang Menkeu yang berkantor di Lapangan Banteng. Kita patut bersyukur, dalam waktu tiga tahun terakhir ini, Menko Perekonomian dan Menkeu tidak berganti-ganti. Kinerja dalam bidang ekonomi makro yang lumayan tidak terlepas dari stabilitas para pengelolanya. Ke depan kita berharap, siapapun yang akan memegang jabatan Tim Ekonomi, agar tidak melakukan hal aneh-aneh, tidak menjadikan rakyat sebagai kelinci percobaan dengan retorika muluk-muluk. Ekonomi juga tidak bisa diatur dengan slogan-slogan yang kedengarannya sangat populis tetapi tidak realistis. Agenda ke depan Tidak ayal lagi pencapaian tiga tahun terakhir ini di bidang ekonomi makro yang cukup stabil harus dilanjutkan dan dikonsolidasikan. Keadaan fiskal kita tidak mudah, hingga 2010 APBN tetap penuh keterbatasan. Kita memerlukan dana besar untuk menggerakkan ekonomi termasuk memperkuat infrastruktur. Sumber pendanaan tidak bisa lain kecuali dari sektor perbankan dan para investor, terutama dari luar negeri. Daya beli masyarakat dalam negeri harus dinaikkan untuk mendongkrak konsumsi, sehingga produksi dapat ditingkatkan. Peningkatan produksi akan menciptakan lapangan kerja yang secara bertahap akan berdampak positif mengurangi kemiskinan. Penghasilan petani harus dinaikkan, terutama mayoritas petani yang masih bercocok tanam padi. Harga gabah yang ditetapkan pemerintah tidak pernah dicapai, apalagi pada masa panen raya seperti saat ini. Petani terpaksa menjual gabah keringnya hingga Rp800 per kilogram, hanya setengah dari harga patokan pemerintah. Di sini nyata sekali, Bulog gagal menjalankan misinya. Sektor perumahan menengah ke bawah masih besar pangsa pasarnya, karena banyaknya kawula muda yang membangun rumah tangga baru. Di sini perlu kemudahan di bidang perizinan, dan diperlukan insentif dalam bentuk subsidi bunga. UKM juga memiliki potensi yang besar agar dapat lebih berperan dalam bidang usaha secara sehat. Inisiatif Kadin dalam bidang ini patut dihargai dengan membentuk PT UKM yang syukur ditangani tenaga profesional. Bidang pariwisata masih besar potensinya, dan kita jangan hanya tertegun pada Promosi industri pariwisata benar-benar harus digalakkan secara profesional. Untuk ini sebaiknya diserahkan pada perusahaan promosi untuk marketing pariwisata yang betul-betul handal serta mempunyai jaringan global. Dan tidak ada salahnya jika perusahaan promosi itu dari luar negeri. Berikan kemudahan dalam pemberian visa on arrival bagi wisatawan manca negara yang memberikan andil besar di bidang pariwisata. Berikan perlakuan yang sama bagi mereka untuk visa on arrival dengan jangka waktu yang sama seperti pendatang dari Asean. Industri hasil-hasil laut harus memperoleh perhatian serius. Kita harus kreatif, lihat misalnya Semua daerah di luar Jawa mempunyai potensi besar untuk pengolahan hasil laut dan tidak terbatas pada rumput laut saja. Industri cindera mata juga mempunyai potensi besar. Tangan-tangan orang Demikian pula industri yang berskala kecil, tetapi hasilnya sungguh mengagumkan dan tidak kalah mutunya dari barang-barang impor. Daya saingnya juga cukup baik, dan mereka tidak memerlukan fasilitas dan proteksi, seperti produksi tas dan sepatu di daerah Sidoarjo. Di bidang perdagangan, Menperindag jangan disibukkan oleh urusan tata niaga. Dalam birokrasi yang rapuh, pengaturan pemerintah ala tata niaga mempunyai potensi besar untuk menyuburkan korupsi. Lihat penyelundupan gula ilegal. Di bidang perdagangan luar negeri, kita harus proaktif dalam menjalin perdagangan bebas, tentunya yang menguntungkan bagi Perdagangan luar negeri harus menjadi prioritas pemerintah mendatang. Untuk jabatan ini, jangan ditempatkan birokrat yang tidak memiliki pengalaman sama sekali untuk berdagang. Ini baru sekelumit contoh bidang garapan yang menantang, untuk segera dapat dikerjakan serta bermanfaat dalam meningkatkan daya tahan ekonomi dan meningkatkan penghasilan masyarakat. Oleh Marie Muhammad |