Tanpa Data Geologi, Sulit Tarik Investor
Demikian dikatakan Dr Ir Danny Hilman Natawidjaja MSc dan Dr Hamzah Latief MSi pada seminar Potensi Tsunami di Jawa Barat dan Banten di Auditorium Geologi,
Data geologi digunakan untuk mengetahui potensi bencana dan seberapa besar bahayanya. Di negara-negara maju, informasi tersebut dijadikan dasar bagi para investor merencanakan usahanya. Informasi potensi bencana ini digunakan juga untuk menghitung premi asuransi.
"Selama ini para ahli tidak mengetahui potensi bencana tsunami maupun gempa besar di daerah Jabar dan Banten karena data belum lengkap dan belum ada penelitian lebih lanjut," kata Danny. Jika dilihat dari sejarahnya, belum ada gempa besar di Jabar dan Banten selama 200 tahun lalu, kecuali gempa letusan Gunung Krakatau.
Krakatau selalu meletus, artinya ia tidak menyimpan banyak energi untuk melakukan ledakan besar. "Jika ritme Krakatau masih tetap sama, kemungkinan gunung itu menyebabkan tsunami sangat kecil," ujar Dr Surono, Kepala Subdirektorat Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam seminar tersebut.
Untuk melengkapi data geologi perlu dipasang seismograf dan Global Positioning System (GPS) di bagian barat Pulau Jawa, tepatnya di sekitar Selat Sunda, sebab di daerah selatan Jabar terdapat zona subduksi atau tumpukan dua lempeng. Selain itu, penelitian lapisan tanah pantai bisa dilakukan untuk mengetahui sejarah tsunami. Tanda sebuah pantai pernah mengalami tsunami adalah endapan tanah di bagian yang diisi air payau, kasar seperti pasir.
Di Indonesia, baru pulau Sumatera yang memiliki data geologi yang cukup lengkap sehingga para ahli bisa dengan mudah membuat peta tsunami dan gempa Pulau Sumatera.
sumber: