Tambang Ombilin Merugi

Jumat, 09 Desember 2005

Tambang Ombilin Merugi
PT Bukit Asam Meraih Untung Lebih dari Rp 420 Miliar

Padang, Kompas - Walau tambang batu bara yang diusahakan oleh Unit Penambangan Ombilin di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, terus merugi, PT Bukit Asam tetap konsisten mengusahakannya. Ini dilakukan sambil terus mencari investor untuk mengusahakan tambang dalam.

Batu bara tambang dalam bukan sesuatu yang mudah, tapi sangat berat. Investasi dan risikonya tidak kecil.

Penegasan itu dikemukakan Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam (BA) Milawarma menjawab Kompas tentang kekhawatiran Pemerintah Kota (Pemkot) Sawahlunto dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar soal nasib Unit Penambangan Ombilin (UPO). �Kami tetap commited. Pemerintah Kota Sawahlunto dan Pemerintah Provinsi Sumbar tidak perlu cemas, PT BA tidak akan meninggalkan UPO begitu saja. UPO masih beroperasi meski terus merugi,� katanya.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, deposit batu bara di Ombilin, Kota Sawahlunto, masih relatif besar, sekitar 100 juta ton. Sejumlah investor asing tertarik mengeksplorasinya. Hanya saja, PT BA selaku pemilik kuasa penambangan (KP) belum mengeksplorasi pascahabisnya tambang luar tahun 2002. Pemkot Sawahlunto memberi kesempatan tenggat kepada PT BA sampai akhir Desember 2005. Jika sampai akhir Desember 2005 tidak ada kepastian PT BA akan menggarap tambang dalam tersebut, maka hak kepemilikan KP akan diberikan kepada investor asing (Kompas, 2/12)

Milawarma menjelaskan, sampai saat ini UPO masih berproduksi. Cuma produksi batu bara tambang dalam relatif kecil, 15.000 sampai 200.000 ton per tahun. Ini disebabkan peralatan yang terbatas dan kondisi alam yang sulit sehingga batu bara yang bisa ditambang hanya pada kedalaman 300 sampai 500 meter dari atas permukaan tanah.

Biaya produksi sebanyak itu tak sebanding dengan nilai produksi sehingga UPO merugi. Sebelumnya UPO merugi lebih dari Rp 100 miliar per tahun, namun belakangan bisa ditekan menjadi Rp 24 miliar per tahun. Karyawan UPO yang tahun 2002 sekitar 1.500 orang, kini tinggal sekitar 400-an orang. Karyawan yang lain mengajukan pensiun dini.

Milawarma meminta Pemkot Sawahlunto dan Pemprov Sumbar memahami bahwa pengusahaan batu bara memiliki risiko berat sehingga membutuhkan investasi yang besar. Ini dikarenakan potensi batu bara yang depositnya diperkirakan 100 juta ton itu berada pada kedalaman 1 hingga 1,5 kilometer dari atas permukaan tanah.

Namun demikian, tiga negara yang telah berpengalaman mengusahakan tambang dalam menyatakan minatnya berinvestasi dan harus didukung oleh semua pihak adalah China, Polandia, dan Australia.

Beruntung

Kerugian yang dialami UPO pascatambang luar habis tahun 2002 tidak begitu berpengaruh besar terhadap perolehan keuntungan PT BA. Tahun 2004 PT BA menjual 9,9 juta ton batu bara dengan rincian 2,8 juta ton tujuan ekspor dan sisanya 7,1 juta ton untuk keperluan domestik, terutama untuk pembangkit listrik tenaga uap dan industri semen.

�Pada tahun 2005 penjualan batu bara diprediksi meningkat sampai 10 juta ton dan pada tahun 2006 diharapkan ada peningkatan penjualan batu bara sekitar 10 persen per tahun. Keuntungan yang didapat pada tahun 2004 adalah Rp 419,8 miliar. Sedangkan tahun 2005 keuntungan sampai bulan September Rp 358 miliar. Pencapaian keuntungan sampai akhir tahun diperkirakan bisa melebihi keuntungan tahun 2004 lalu,� kata Milawarma. (nal)

sumber: