Tambang Batubara Mulai Gunakan Peledak

 

Rantau,  Banjarmasinpos, 15 Maret 2004
Setelah sempat lesu akibat kesulitan mengangkut hasil tambang, aktivitas tambang batubara kembali marak di Kabupaten Tapin dan kabupaten tetangganya Banjar.

Namun, tak seperti sebelumnya sistem penambangan menggunakan alat berat, kini perusahaan tambang mulai menggunakan peledak untuk membongkar lapisan tanah.

PT Sumber Kurnia Buana (PT SKB) misalnya, perusahaan tambang batu bara di Tapin ini, kini memanfaatkan daya ledak dinamit untuk mendapatkan batu bara. General Manager PT SKB Andi Mustain yang dikonfirmasi mengatakan, penggunaan peledak untuk mendukung rencana peningkatan produksi dari 8.000 mertik ton tiap tahun, menjadi 1,5 juta MT per tahunnya. "Selain itu, untuk efisiensi alat, serta optimalisasi personil di lapangan," jelasnya, kemarin.

Andi mengaku, sudah mengantongi izin dari Mabes Polri dalam hal penggunaan bahan peledak. Demikian juga izin dari pemprop Kalsel sudah diperolehnya.

Disinggung dampak yang akan ditimbulkan akibat adanya peledakan, Andi menandaskan hal itu sudah disosialisasikan kepada warga sekitar yang ada di dua kecamatan pada kabupaten berbeda, yaitu Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin dan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar.

Wildan, salah seorang karyawan dari PT Dahana selaku kontraktor tambang yang ditugasi melakukan peledakan menuturkan, akibat peledakan ini ada beberapa dampak negatif yang akan timbul di antaranya adalah pergeseran tanah dengan cepat, suara yang keras, dan lompatan bebatuan pecah yang memancar ke segala arah dengan cepat. "Tapi kita sudah mengantisipasi hal ini, sehingga pengaruhnya tidak sampai ke permukiman penduduk," ujarnya di hadapan Kepala Dinas Pertambangan Kalsel, Zulkardi.

Zulkardi sendiri ketika ditemui di sela sosialisasi peledakan perdana, tidak mempermasalahkan sistem baru tersebut. "Asalkan sesuai dengan prosedur yang berlaku, silakan perusahaan melakukan penambangan dengan metode peledakan. Terpenting bagaimana nantinya perusahaan mereklamasi kembali lahan bekas pertambangan," ingatnya.

Saat peledakan perdana, hanya terdengar suaranya lantaran lokasi peledakan sekitar 2.000 meter dari mereka berkumpul, dan terlindung tebing gunung. Baru sekitar tiga menit terlihat kepulan asap bercampur debu hitam di udara.

"Saya kira bunyi letupan itu suara roda tronton yang meleduk," ucap seorang warga perempuan, sambil menggendong anaknya dengan raut muka seperti orang bingung.

sumber: