Tahun 2004 Produksi Batu Bara Meningkat 10,4 Juta Ton
JAKARTA (Media), 13 Januari 2003: Produksi batu bara Indonesia diperkirakan meningkat 10,4 juta ton pada tahun 2004. Bila tahun lalu produksinya mencapai 109,3 juta ton, tahun ini diprediksi mencapai 119,7 juta ton. "Meski produksi meningkat, sejumlah masalah laten di sektor pertambangan harus segera dibenahi. Pasalnya, jika tidak dibenahi maka peluang bagi peningkatan ekspor batu bara Indonesia ke pasar dunia akan tertutup," ungkap Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Jeffry Mulyono. Berdasarkan perkiraan Business Monitor International dan Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batu Bara, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), meningkatnya produksi batu bara Indonesia sudah terlihat pada kuartal terakhir tahun 2003. Sementara kebutuhan ekspor batu bara maupun dalam negeri diperkirakan terus meningkat. "Apalagi menurut rencana tahun ini ada tambahan produksi setidaknya dari beberapa perusahaan seperti, PT Garda Tujuh Buana, PT Kalimantan Energi Lestari, PT Marunda Graha Mineral dan PT Mandiri Intiperkasa," jelas Jeffry. Bahkan, dalam waktu dekat salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia, PT Kaltim Prima Coal (KPC) akan meningkatkan produksinya dari rata-rata 18 juta ton menjadi 24 juta ton per tahun. Dari catatan Departemen ESDM per Desember 2003, perusahaan-perusahaan tambang terbesar di Indonesia saat ini, antara lain PT Adaro, PT Kideco Jaya Agung, PT Kaltim Prima Coal, PT Arutmin, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, PT Berau Coal, dan PT Indominco Mandiri. Dengan kondisi seperti ini dalam pandangan APBI peluang peningkatan ekspor batu bara Indonesia ke pasar dunia sangat besar, khususnya ke China. Apalagi harga jual batu bara dunia terus meningkat, seiring dengan pembatasan ekspor batu bara dari China sebesar 20 juta ton yang juga memengaruhi kebutuhan dan keseimbangan pasokan di Asia Pasifik. China saat ini sedang berkonsentrasi untuk pemenuhan kebutuhan listriknya yang mencapai hampir 1.000 triliun watt hour (TWh). Kebutuhan listrik di China 84%-nya dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara. Kendati peluangnya masih cerah, investasi di sektor pertambangan justru beberapa tahun belakangan ini terus menurun bahkan sudah zero growth. Untuk itu, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia Abdul Latief Baky mendesak pemerintah membuat payung hukum di sektor pertambangan guna memberikan kepastian hukum bagi para investor. Sebab, hingga saat ini tidak ada undang-undang yang memberikan kepastian hukum bagi investor |