Susah, Nyari Hubungan Kausal Pertambangan & KesMa

Susah, Nyari Hubungan Kausal Pertambangan & KesMa

MinergyNews.Com, Jakarta - Tidak mudah untuk mencari hubungan kausal (sebab-akibat) antara kegiatan pertambangan dan kesehatan masyarakat. Perlu diteliti secara cermat. Selama ini, hubungan kausal antara keduanya baru dilakukan sebatas cross-sectional analysis yang sifatnya sesaat. Yang terbaik adalah melakukan cohort analysis. Tapi, biaya nya sangat mahal.

Dijelaskan Prof dr Haryoto Kusnoputranto, SKM, Dr PH, dalam acara Seminar Pertambangan dan Lingkungan Hidup di Aula Fakultas Kedokteran UI, Salemba, kesulitan yang sering ditemui dalam mencari hubungan kausal antara lain, jumlah dan keanekaragaman zat pencemar, mendeteksi zat pencemar yang membayakan pada konsentrasi rendah, interaksi sinergistik antara zat-zat pencemar, mengisolasi faktor tunggal bilamana masyarakat terpajan terhadap sejumlah zat atau senyawa kimia selama bertahun-tahun, dan penyebab jamak dan panjangnya masa inkubasi dari penyakit-penyakit.

Sumber polutan di alam banyak sekali yang masuk ke tubuh manusia. Seperti misalnya merkuri. Dia ada di alam dan ada juga di industri pertambangan. Untuk menjelaskan kepada masyarakat perlu arahan berdasarkan kajian ilmiah yang bisa dijadikan dasar patokan untuk mengetahui penyebab sebuah penyakit yang sebenarnya.

"Kendala seperti ini bisa diminimalisir jika saja setiap perusahaan pertambangan sudah memiliki Base Line Study Community Healtf (Kesehatan Masyarakat). Sayangnya, sebagian besar, tidak punya sehingga ketika timbul masalah, yang terjadi adalah polemik diantara kita terutama antara perusahaan dengan masyarakat lingkar tambang", kata Haryoto.

Selain base line study, Haryoto juga menyarankan agar setiap perusahaan pertambangan membuat Environmental Health Risk Assesessment (EHRA). "Sebetulnya dalam AMDAL sudah ada hanya tidak ada penjabaran secara detail. Makanya perlu dibuat dalam suatu dokumen tersendiri", jelas Haryoto.

Ditekankan Haryoto dalam EHRA, yang terpenting adalah mengomunikasikan resiko (risk communication). "Masyarakat berhak mengetahui resiko-resiko apa saja yang akan timbul terhadap kesehatan masyarakat selama kegiatan penambangan dilakukan. Satu hal ini yang terkadang entah lupa entah diabaikan oleh perusahaan pertambangan", ujar Haryoto.

PTNNT
Haryoto mencontohkan Community Health Assessment yang tengah dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara. "Mungkin mereka belajar dari kasus Teluk Buyat". Penilaian terhadap kesehatan masyarakat lingkar tambang ini dilakukan oleh Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI sebagai Team Leader dengan melibatkan Universitas Mataram, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat, Dinas Kesehatan Propinsi NTB. Hasilnya nanti akan dinilai oleh International Review Panel. Sedangkan hasil biomaker dari darah, rambut, dan urine, dikirim ke laboratorium di Australia.

"Kajian ini sudah berlangsung satu tahun. Mungkin dalam satu dua bulan lagi sudah selesai", ujar Haryoto.

Sample yang diambil sebanyak 200 orang. Diceritakan Haryoto, tidak mudah untuk melakukan penilaian. Pasalnya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pola makan warga yang dijadikan sample harus diubah. Yang biasanya mereka makan ikan, diganti dengan makanan yang lain, seperti ayam selama tiga hari berturut-turut. "Biayanya sangat besar karena penilaian ini tidak berhenti sampai di situ saja. Akan dilakukan secara berkala. Hasil biomaker dari 200 orang sample, sudah kita kirim ke Australia", jelas Haryoto. (MNC-9)

sumber: