Soal Dugaan Pencemaran PT Adaro: Pemkab Akan Turunkan Tim Wasdal
Tanjung, BPost 1 Maret 2004
Terjadinya perbedaan asumsi antara pihak Bapedalda Tabalong dengan warga Desa Pulau Ku’u dan Desa Tamiyang soal dugaan pencemaran yang dilakukan PT Adaro
Seperti diketahui sebanyak 720 kepala keluarga (KK) di Desa Pulau Ku’u dan Desa Tamiyang meminta PT Adaro memberikan ganti atas ratusan hektare lahan persawahan mereka yang tercemar oleh aktivitas tambang batu bara PT Adaro.
Namun Bapedalda Tabalong menyatakan, tudingan warga terjadi pencemaran tak terbukti. Kerusakan lahan, justru akibat bencana banjir.
"Karena terjadinya perbedaan pendapat itu, maka kita akan menurunkan tim Wasdal ke lokasi itu," kata Asisten III Pemkab Tabalong Drs Juniansyah, Sabtu (28/2).
Menurutnya, selain menjembatani permasalahan antara pihak perusahaan dengan masyarakat, tim Wasdal yang terdiri dari berbagai unsur (Kejaksaan, Kodim 1008/ Tanjung, kepolisian, Pemkab Tabalong dan sebagainya) akan turun ke lapangan.
"Rencananya tim Wasdal memang kita turunkan untuk mencek langsung ke lapangan, apakah yang diklaim warga Desa Pulau Ku’u dan Tamiang benar," ujar Juniansyah.
Pasalnya, kata dia, jumlah KK yang menuntut ganti rugi seperti yang disampaikan perwakilan masyarakat mencapai 720 KK. Semuanya bukan berasal dari dua desa tersebut, namun ada warga luar yang kebetulan punya lahan atau tanah di lokasi di desa itu.
Kepala Desa Tamiang, Junaidi memprotes pernyataan pihak Bapedalda kalau lahan mereka tidak tercemar. Sebaliknya, kata dia, sudah enam tahun warga tidak bisa menggunakan lahannya untuk bercocok tanam karena adanya limbah sungai berupa lumpur.
Sebelum ada kegiatan penambangan di dekat desa mereka, ujar Junaidi, warga masih bisa menanami lahannya. Walau kadang banjir jika musim penghujan namun hanya sebentar, langsung surut.
"Sekarang selain digenangi luapan air sungai lahan kami juga dipenuhi lumpur akibatnya tidak bisa ditanami. Salah satu penyebabnya Gunung Jejer Talu yang dulu terbentang sekarang sudah lenyap, digali pihak Adaro," jelas Junaidi didampingi beberapa warga desa.
Lenyapnya Gunung Jejer Talu, tandas Junaidi, mengakibatkan aliran sungai tumpah ruah ke sekitar desa termasuk persawahan.
Selain merasa kecewa dengan pihak PT Adaro yang kurang peduli terhadap lingkungan dan desa sekitar, kepala desa ini juga sangat menyayangkan sikap para wakil rakyat di DPRD Tabalong. Karena sampai saat ini Desa Tamiang jarang dikunjungi. Padahal dari
"Kami merasa kurang diperhatikan terutama oleh para wakil rakyat di dewan. Setelah ada permasalahan dengan pihak Adaro baru mereka ikut-ikutan peduli," ketus Junaidi.