SMGR Ingin Amankan Pasokan Batubara

JAKARTA. Belakangan ini, PT Semen Gresik Tbk (SMGR) sungguh sibuk. Selain mempersiapkan pembentukan induk usaha BUMN semen, perusahaan pelat merah ini sedang bernegosiasi dengan beberapa perusahaan pertambangan besar. Tujuannya, ia ingin mengamankan pasokan batubara untuk pembangkit listrik dan bahan bakar pembakaran di pabriknya.

Sumber KONTAN di pemerintahan membisikkan, pekan lalu, manajemen Semen Gresik menemui pejabat Kementerian Negara BUMN untuk membahas hal ini. Semen Gresik juga tengah mencari perusahaan pertambangan yang bisa memasok kebutuhan batubara itu.

"Mungkin mereka sedang bernegosiasi dengan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan perusahaan lain, seperti PT Adaro Indonesia, PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia, dan PT Kideco Jaya Agung," kata sumber itu di Jakarta, akhir pekan lalu.

Asal tahu saja, biaya pembelian batubara itu mencapai sekitar 37% dari total biaya produksi Semen Gresik. Di sisi lain, harga batubara di pasar internasional terus merangkak naik. Inilah yang membuat Semen Gresik merasa perlu segera mengamankan pasokan batubara itu untuk jangka panjang.

Rudiantara, Wakil Direktur Utama Semen Gresik, membenarkan bahwa pihaknya telah berbicara dengan sejumlah produsen batubara besar. "Kami sudah bicara dengan para pemasok besar. Tanggapan mereka positif," katanya, kemarin (10/9).

Kebutuhan akan meningkat

Menurut Rudi, seharusnya Semen Gresik mengubah strategi pembelian batubara dari pasar tunai (spot) menjadi kontrak jangka panjang. Sebab, cara ini bisa menjamin pasokan. Apalagi, kebutuhan batubara Semen Gresik bakal makin melonjak seiring rencana pembangunan pembangkit dan pabrik baru. "Kebutuhan batubara itu nantinya untuk pabrik yang sudah ada, pembangkit listrik, dan pabrik baru," kata Rudiantara. Sayangnya, dia enggan mengungkapkan jumlah kebutuhan batubara untuk pembangkit dan pabrik itu. "Yang pasti jutaan (ton)," imbuhnya.

Tapi, seorang eksekutif di emiten saham berkode SMGR ini bilang, selama ini, pihaknya membutuhkan 1,2 juta ton batubara per tahun untuk proses pembakaran di pabriknya yang berkapasitas 8,2 juta ton. Adapun total kebutuhan batubara untuk pembakaran di semua pabrik SMGR, termasuk Semen Padang dan Semen Tonasa, mencapai 2,5 juta ton per tahun. Semua pabrik itu berkapasitas total 16,92 juta ton semen per tahun.

Nah, Semen Gresik berniat membangun dua pabrik semen dan tiga pembangkit listrik baru. Setiap pabrik yang masing-masing berkapasitas 2,5 juta ton semen per tahun itu akan memiliki satu pembangkit berkapasitas 50 megawatt (MW). Sedangkan satu pembangkit lagi berkapasitas 250 MW. Pembangkit ini akan menggantikan pasokan listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Berarti, total kapasitas pembangkit baru itu sebesar 350 MW.

Menurut sumber tadi, setiap 50 MW pembangkit butuh pasokan batubara 200.000 ton per tahun. Jadi, kebutuhan batubara untuk tiga pembangkit berkapasitas 350 MW listrik itu mencapai 1,4 juta ton per tahun. Selanjutnya, jika ditotal dengan kebutuhan pembakaran pabrik semen lama, pembakaran pabrik semen baru, dan pembangkit listrik baru, SMGR bakal butuh pasokan batubara sekitar 4,65 juta ton per tahun.

Sementara itu, SMGR masih terus mempersiapkan pembentukan induk usaha semen. Salah satu hal penting yang mengganjal adalah pajak yang timbul akibat revaluasi dan pengalihan aset ke induk baru itu. Nilai pajak itu bisa mencapai sekitar Rp 500 miliar.

Tapi, Roes Aryawijaya, Deputi Menteri Negara BUMN Bidang Pertambangan, menyatakan pemerintah tidak berencana meminta keringanan pajak. Kini, pemerintah lebih fokus memikirkan apakah holding itu akan menjadi perusahaan terbuka atau tetap SMGR.

sumber: