Setoran Freeport diproyeksikan US$327 juta
Bisnis Indonesia, 27 Januari 2004. Setoran PT Freeport Indonesia kepada pemerintah Indonesia diproyeksikan US$327 juta atau 3% di atas target yang telah ditetapkan. Kenaikan setoran itu dicapai karena adanya kenaikan harga komoditas tembaga dan emas di pasar dunia sehingga mendongkrak penerimaan perusahaan.
Eksekutif Freeport, seperti dikutip dari harian Bisnis Indonesia, mengatakan realisasi harga rata-rata emas yang diperoleh perusahaan mencapai US$366,60 per ons atau lebih tinggi dari 2002 yang hanya US$311,97 per ons. Sedangkan harga tembaga, mencapai US$0,82 per pons atau juga naik dari 2002 yang hanya US$0.71 per pons.
Freeport pada Rencana Kerja, Anggaran dan Belanja (RKAB) 2003 melaporkan setorannya kepada pemerintah sebesar US$318 juta. Namun, setelah melihat perkembangan jumlah itu diperkirakan meningkat menjadi US$327 juta.
Menurut Freeport, peningkatkan pendapatan itu dicapai di tengah kendala kejadian longsor material pada tambang utama di Grasberg, yang diakui cukup mengganggu kinerja perusahaan. Setoran dana kepada pemerintah itu terdiri dari penerimaan pajak US$263 juta dan penerimaan negara sebesar US$55 juta.
Jika dibandingkan dengan realisasi 2002, maka perkiraan setoran 2003 mengalami kenaikan sebesar 73,01% atau dari US$189 juta menjadi US$327 juta.
Mengacu pada UU No. 25/ 1999 beserta peraturan lainnya, perusahaan mendistribusikan penerimaan negara itu menjadi 88,7% untuk pemerintah pusat, 2,6% untuk Provinsi Papua, 4,4% untuk Kabupaten Mimika, dan 4,3% untuk kabupaten lain di Provinsi tersebut.
Khusus untuk Kabupaten Mimika telah diberikan dana berturut-turut US$10,6 juta pada 2001 dan US$11,6 juta pada 2002.
Kegiatan penambangan perusahaan asal AS tersebut menghasilkan 231.000 ton bijih per hari dengan komposisi kandungan 1,08% tembaga, 1,37% emas untuk per ton bijih.
Kemudian dari segi penjualan konsentrat selama 2003 mencapai 2,3 juta DMT yang diekspor ke Spanyol, Jepang, Korea, Australia, dan Cina. Sekitar 30% dari dari produksi konsentrat itu disuplai ke PT Smelting di Gresik.
Sebelumnya, manajemen PT Freeport Indonesia menyatakan akan meminta persetujuan pemegang saham untuk menjaminkan asetnya untuk mendapatkan pinjaman maksimum US$5 miliar. Selain menjaminkan asetnya, Freeport juga meminta persetujuan pemegang saham untuk mengamendemen perjanjian kredit dengan kreditor dan JP Morgan & Chase sebagai agen fasilitas pinjaman.
Dua agenda itu akan dimintakan persetujuan pemegang saham dalam RULBPS bulan ini di samping agenda lainnya seperti pergantian salah satu direksi.
Pemegang saham Freeport Indonesia saat ini adalah Freeport-McMoran Copper & Gold Inc yang menguasai 81,28%, PT Indocopper Investama 9,36%, dan Pemerintah Indonesia sebesar 9,36%.
Meskipun Freeport akan menggelar RULBPS bulan ini, lanjut sumber tadi, perusahaan itu hingga kini belum menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) tahun 2002.*