Saham Energi dan Bumi Masih Disuspensi
Saham Energi dan Bumi Masih Disuspensi
Kompas, 6 Februari 2006
ÂÂ
Jakarta, Kompas - Bursa Efek Jakarta belum akan mencabut penghentian sementara perdagangan atau suspensi saham PT Energi Mega Persada Tbk dan saham PT Bumi Resources sampai ada penjelasan lanjutan dari pihak EMP.
�Bursa Efek Jakarta hanya akan meminta penjelasan dari pihak Energi sebab emiten ini yang mengungkapkan rencana awal penggabungan usaha (merger) dengan Bumi.
Penjelasan itu terkait informasi tentang rencana aksi korporasi sebagaimana yang dimuat dalam prospektus penawaran umum terbatas I PT Energi yang diterbitkan pada 22 Desember 2005,� kata Kepala Divisi Pencatatan Sektor Riil BEJ Yose Rizal, Jumat (3/2) di Jakarta.
BEJ menghentikan sementara perdagangan saham kedua emiten itu sejak, Kamis, akibat belum adanya keterbukaan informasi dari kedua emiten kepada pihak BEJ mengenai merger, sementara pemberitaannya telah ada di salah media
Presiden Direktur PT Energi Mega Persada Christopher B Newton dalam penjelasan kepada BEJ, Jumat, menyatakan, perseroan memang terus mencari kesempatan pertumbuhan baru, merger salah satunya.
Direksi Energi dan Bumi telah melakukan diskusi untuk penjajakan awal potensi keuntungan yang bagus bagi pemegang saham dengan rencana merger perusahaan di sektor energi tersebut.
�Diskusi ini masih tahap yang sangat awal, oleh karena itu kami tidak dapat memberikan penjelasan yang lebih detail,� katanya.
Direktur BEJ Eddy Sugito mengatakan, jika keterangan yang diberikan emiten dirasakan belum cukup, akan dilakukan hearing dengan kedua emiten.
�BEJ belum memutuskan kapan mencabut suspensi kedua emiten ini. Tapi, akan dibuka jika keterangan yang diberikan dianggap cukup. Kalau bisa secepatnya,,� ujar Eddy.
Energi Mega Persada merupakan perusahaan minyak dan gas, sementara Bumi Resources merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tambang batu bara. Keduanya merupakan perusahaan yang ada di bawah kelompok usaha Bakrie.
Energi baru saja menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana Rp 3,78 triliun yang digunakan untuk mengakuisisi PT Tunas Harapan Perkasa yang memiliki