Saham Bukit Asam Layak Dikoleksi
 Kamis, 21 Juli 2005, 00:39 WIB Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dalam jangka panjang masih layak dikoleksi. Secara fundamental, saham Bukit Asam dipengaruhi kinerja perusahaan yang cukup prospektif di masa depan. “Dampak kenaikan harga minyak tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Bukit Asam, red),� kata analis PT Henan Putihrai PA Triyono kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (20/7). Menurut Triyono, sebagai perusahaan tambang terbuka, Bukit Asam tidak mengalami dampak cukup besar dibanding emiten pertambangan lain, seperti PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). “Kalau dibanding perusahaan sejenis, dampak kenaikan harga minyak relatif kecil,� ujar dia. Pada perdagangan Rabu (20/7), saham Bukit Asam stagnan di level Rp 1.490 dengan volume transaksi saham berpindahtangan mencapai 3.272 lot saham senilai Rp 2,44 miliar. Frekuensi transaksi yang dibukukan sebanyak 46 kali. Triyono melanjutkan, dicabutnya subsidi minyak solar industri hanya berdampak sekitar 5% terhadap laba bersih perseroan. Sedangkan terhadap biaya operasional perusahaan, dampaknya hanya sebesar 15%. “Jadi, efeknya tidak signifikan,� kata dia. Ia mengatakan, berdasarkan proyeksi earning per share (EPS) selama 2005 yang diperkirakan Rp 225, pada triwulan pertama sudah tercapai Rp 52,85. “Sehingga, bila dihitung hingga akhir tahun, EPS perseroan akan mencapai Rp 221,4,� jelas dia. Perhitungan EPS tersebut, lanjut Triyono, sebanding dengan proyeksi, sehingga performa perseroan masih cukup menjanjikan. Sementara itu, proyeksi price to earning ratio (PER) Bukit Asam selama 2005 akan mencapai 6,62 kali. Sedangkan dari indikator teknis, grafik Moving Average Convergence Divergence (MACD) cenderung bergerak turun untuk jangka pendek. Selain itu, indikator Williams%R (W%R) menunjukkan posisi oversold pada saham Bukit Asam. Analis PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen Daniel Irawan menilai, secara fundamental, performa Bukit Asam cukup baik. Namun, seiring dengan masih panjangnya jangka waktu pekerjaan proyek-proyek Bukit Asam, potensi keuntungan investor tidak dapat diperoleh dalam jangka pendek. Dividen Rp 209 Miliar Sementara itu, rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) Tbk menetapkan pembagian dividen sebesar Rp 209,9 miliar dari laba bersih perseroan tahun 2004 yang mencapai Rp 419,8 miliar. Perseroan telah membagikan dividen interim pada 29 Desember 2004 sebesar Rp 12,38 miliar atau setara dengan Rp 5,8 per saham. “Sisanya sebesar Rp 197,5 miliar akan dibagikan pada 22 Juli. Nilai per sahamnya Rp 85,7,� kata Ismet Harmaini, direktur utama Tambang Batubara Bukit Asam, beberapa waktu lalu. Ismet menjelaskan, pembagian dividen tahun 2004 tersebut meningkat 70% dari total dividen tahun 2003 yang mencapai Rp 123,6 miliar. RUPS yang dihadiri wakil pemegang saham mayoritas yakni Kementerian BUMN tersebut juga memutuskan penggunaan laba bersih sebesar Rp 201,5 miliar atau 48% dari total laba bersih sebagai cadangan umum dan pengembangan perseroan. “Masing-masing sebesar Rp 124,2 miliar untuk cadangan tujuan dan pengembangan perseroan, dan Rp 77,3 miliar bagi cadangan umum,� ujar dia. Sedangkan sisa laba bersih sebesar 2% akan dimanfaatkan untuk program kemitraan dan bina lingkungan. Rekomendasi Berdasarkan analisis fundamental maupun teknis, Triyono merekomendasikan buy on weakness saham Bukit Asam. Sedangkan dalam jangka panjang, ia merekomendasikan beli saham emiten pertambangan tersebut. “Kisaran support saham Bukit Asam pada level Rp 1.450 dan resistance Rp 1.650,� kata dia. Sementara itu, Daniel Irawan cenderung merekomendasikan hold saham Bukit Asam untuk jangka pendek, dan beli dalam jangka panjang. (art)