Runtuhnya Underground Bukan Insiden Biasa

Runtuhnya Underground Bukan Insiden Biasa

Banjarmasinpost, 6 Desember 2005

Banjarmasin, BPost
Runtuhnya tambang underground PT Arutmin Indonesia wilayah Satui, Tanah Bumbu dianggap bukan musibah biasa. Di tengah giatnya upaya menggarap potensi sumber daya alam (SDA) batu bara saat ini, kejadian itu akan memperburuk citra pertambangan batu bara Kalsel.

"Kami menyampaikan rasa belasungkawa kepada korban yang dirawat dan korban yang meninggal dunia. PT Arutmin harus bertanggung jawab penuh terhadap insiden tersebut," ungkap Berry N Furqon, direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel dalam rilisnya yang diterima BPost, Senin (5/12).

Dikatakan, kecelakaan ini bisa menimbulkan keraguan untuk menerapkan sistim underground bagi pertambangan yang ada di Kalsel.

Menurutnya hal ini tidak mungkin terjadi bila perusahaan telah menguasai kaidah-kaidah teknis pertambangan underground dengan didukung hasil studi kondisi geologi yang akurat.

"Yang kita pertanyakan, apakan PT Arutmin telah mempunyai studi mendalam mengenai tambang underground itu? Mungkin secara teknis dan mekanisme undergound mining mereka menguasai. Tapi sudah sejauh mana pengalamamn mereka? Demikian juga PT Theiss selaku sub kontraktornya, apakah telah menguasai soal teknis sampai tindakan preventifnya," ujarnya.

Ia menilai pertambangan underground lebih tinggi risikonya dibandingkan tambang open it (terbuka). Untuk itulah diharapkan PT Arutmin menerapkan asas kehati-hatian dini. Adalah kesalahan besar apabila rencana detil untuk tiap titik-titik rawan tidak diperhitungkan.

Dikatakan Berry, pihaknya belum mengentahui persis penyebab runtuhnya tambang tersebut. Namun dari analisis seorang pakar geologi jaringan advokasi tambang (JATAM), ET Paripurno kepada Walhi penyebabnya bisa beragam.

Menurut pakar yang kini menjabat Koordinator Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta itu, penyebabnya bisa pada tingkat manajemen (management error), tahap perencanaan dan teknologi pertambangan (mining design dan tecnological error) atau kesalahan operator/pelaku tambang (human error).

Karena itulah sudah menjadi keharusan, bahwa perusahaan mempunyai peta geologi secara detil di permukaan dan bawah permukaan.

sumber: