Ribuan Dinamit dan Detonator Hilang Dicuri

Sebanyak 11.186 bahan peledak, terdiri atas 5.796 jenis detonator listrik dan 5.390 dinamit (powergell), hilang dicuri dari tiga gudang perusahaan penambangan batu PT Hasnur Jaya Utama di Jalan Tjilik Riwut Kilometer 37, Tangkiling, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Delapan saksi sudah diperiksa berkaitan dengan hilangnya bahan peledak aktif yang mempunyai daya ledak kuat tersebut.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Tengah Ajun Komisaris Besar Husni Rifai, Senin (5/1), menjelaskan, selain bahan peledak tersebut, sumbu ledak sepanjang 250 meter juga ikut hilang. Polisi masih menyelidiki raibnya bahan peledak itu.

Berdasarkan pemantauan Kompas, di lokasi gudang penyimpanan bahan peledak tersebut kini sudah dipasang garis polisi dan beberapa petugas melakukan pemeriksaan secara cermat, termasuk petugas dari Markas Besar Kepolisian Negara RI (Polri).

Sejumlah pejabat polisi, termasuk Kepala Kepolisian Resor Kota (Polresta) Palangkaraya Ajun Komisaris Besar Budi Waseso, ikut terjun ke lapangan. Meskipun demikian, semua polisi tutup mulut terhadap peristiwa itu.

Menurut sejumlah penduduk, kegiatan peledakan batu di Bukit Tangkiling dihentikan karena suara ledakan sangat kuat dan menggelegar sehingga mengganggu penduduk meskipun permukiman penduduk jauh dari lokasi ledakan. Selain itu, partikel debu akibat ledakan sangat mengganggu lingkungan sekitarnya.

"Hilangnya bahan peledak itu justru membuat kami lebih khawatir," kata Hoda Singgalang (36), seorang warga di sekitar gudang PT Hasnur.

Husni Rifai menambahkan, PT Hasnur Jaya Utama mengantongi izin Kepala Polri tanggal 10 Juni 2003 untuk kepemilikan, penguasaan, dan penyimpanan bahan peledak yang berlaku selama lima tahun, sampai 10 Juni 2008. Perusahaan penambangan batu itu pun mengantongi surat izin Kepala Polri tanggal 11 Juni 2003 untuk penggunaan sisa bahan peledak yang berlaku selama enam bulan, sampai 11 Desember 2003.

Perusahaan tersebut mulai melakukan penambangan batu dengan menggunakan bahan peledak sejak tanggal 22 Agustus 1997. Akan tetapi, sejak bulan Juli 2003 sampai terjadinya kehilangan bahan peledak itu, perusahaan tersebut tidak aktif.

"Sayangnya, dalam pengamanan gudang bahan peledak itu, PT Hasnur tidak melibatkan aparat kepolisian. Perusahaan tersebut hanya mempekerjakan seorang petugas satpam (satuan pengamanan) setiap hari untuk menjaga gudang berisi bahan peledak itu," kata Husni lagi.

Tiga gembok hilang

Husni juga memaparkan, kasus hilangnya bahan peledak tersebut pertama kali diketahui pada 1 Januari 2004 sekitar pukul 07.00. Saat mengecek ke gudang bahan peledak, salah seorang petugas satpam PT Hasnur yang bernama Slamat melihat kawat berduri yang direntangkan di atas pagar tembok terputus.

Karena curiga, ia langsung melaporkan temuan tersebut kepada Rudi Heriyadi, Direktur PT Hasnur, yang sedang berada di Palangkaraya, sekitar 37 kilometer dari lokasi kejadian.

Mendapat laporan tersebut, Rudi dan Slamat kemudian mengajak Samlannor (kepala gudang) dan Sukarsum dari bagian administrasi bahan peledak untuk melihat lokasi. Ketika melihat ke gudang pertama yang menyimpan detonator listrik, pintunya masih tertutup, tetapi tiga gembok yang mengunci gudang itu sudah hilang.

"Saat dicek, ternyata bahan peledak jenis detonator listrik sebanyak 5.796 buah sudah tidak ada," kata Husni menuturkan.

Melihat hal itu, Slamat dan Samlannor lalu melaporkan kasus tersebut ke Kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Bukit Batu. Petugas kemudian melakukan pengecekan dan olah tempat kejadian peristiwa.

Berdasarkan pemeriksaan petugas, lanjut Husni, sebelum dicuri di gudang pertama, detonator listrik dikeluarkan terlebih dahulu dari pembungkusnya. Selain itu, plastik pembungkus sudah dalam keadaan berdebu, yang berarti waktu kehilangan cukup lama. Ini ditambah lagi dengan kertas pembungkus detonator listrik yang bertebaran di lantai, sebagian sudah dimakan rayap.

Karet pengikat kertas pembungkus detonator listrik pun sudah putus dan meleleh seperti terkena panas. (AJI/THY)

sumber: