Realisasi produksi batu bara Kaltim capai 75%
 Realisasi produksi batu bara Kaltim capai 75%ÂÂ
Tamb. & Infrastruktur, Senin, 11/07/2005ÂÂ
SAMARINDA (Bisnis): Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menargetkan produksi batu bara di daerah itu pada tahun ini mencapai 80 juta ton, meningkat sekitar 14 juta ton dibandingkan total produksi 2004 sebesar 66 juta ton.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kalimantan Timur (Kaltim) Syamsul Bachri mengatakan dari target produksi tersebut, saat ini sudah mencapai 75% dan umumnya untuk melayani kebutuhan luar negeri yang selama ini mengandalkan pengiriman batu bara dari Kaltim untuk kebutuhan bahan bakar.
"Kaltim merupakan salah satu daerah yang mempunyai cadangan batu bara terbesar nasional sehingga produk tersebut menjadi andalan untuk diproduksi dalam skala besar," katanya, saat menerima kunjungan anggota DPRD dan Dinas Pertambagan Maluku Utara, di Samarinda, pekan lalu.
Menurut Syamsul, berdasarkan hasil penelitian, cadangan batu bara yang terkandung di perut bumi Kaltim mencapai 22 miliar ton dan hingga kini baru diproduksi sekitar 400 juta ton.
Dengan angka tersebut, maka deposit batu bara di daerah itu masih sangat potensial untuk ditambang guna memenuhi kebutuhan ekspor dan melayani permintaan bahan bakar berbagai kegiatan produksi dalam negeri.
Saat ini, Kaltim tercatat sebagai produsen utama batu bara nasional.
Selain diproduksi oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam, sejumlah kontraktor yang mengantongi kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (Generasi I-III) juga membukukan volume produksi yang cukup tinggi.
Menurut Syamsul, potensi batu bara yang begitu besar tidak hanya dimanfaatkan untuk kegiatan ekspor, namun Kaltim sedang berupaya memanfaatkannya dalam pembangkit listrik sebagai bahan bakar.
"Kami sedang membangun pembangkit listrik tenaga uap dengan bahan bakar batu bara berkapasitas 2 x 25 Megawatt yang diharapkan sudah beroperasi pada akhir tahun ini," ujarnya.
Menurut dia, upaya itu dilakukan untuk mengatasi krisis listrik yang dirasakan Kaltim dalam lima tahun terakhir, karena daya dukung PLN sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan energi listrik di daerah itu, terutama pada saat beban puncak.
"Bahkan saat ini PT PLN harus melakukan pemadaman bergilir, sehingga cukup mengganggu aktivitas masyarakat, terutama yang membutuhkan energi listrik," ujarnya.
Sejumlah kabupaten/kota juga melakukan hal yang sama, yakni Kota Bontang dan Kabupaten Berau, mereka mendirikan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara, sehingga mampu memenuhi kebutuhan listrik dengan harga murah karena bahan bakarnya bisa disiapkan sendiri. (k11/zuf)
sumber: