Ratusan Hektar Kebun Rakyat Menjadi Areal Penambangan
Ratusan Hektar Kebun Rakyat Menjadi Areal Penambangan
Kompas, 23 Februari 2006
Sungai Liat, Kompas - Ratusan hektar perkebunan rakyat di Pulau
Pengamatan Kompas, Rabu (22/2), menunjukkan, para pekerja tambang skala kecil di Kecamatan Merawang, Riau Silip, dan Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, mereka menggali dan membalikkan tanah di berbagai lokasi yang diduga mengandung pasir timah. Penambangan yang tanpa kendali dan merusak struktur tanah tersebut juga dilakukan di kebun-kebun rakyat.
Kondisi yang sama juga terjadi di Koba, Kabupaten Bangka Tengah, dan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan. Harga pasir timah yang mencapai Rp 36.000 per kilogram dinilai lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan menanam lada yang harganya Rp 17.000 per kilogram.
Mau untung instan
Menurut Sukirman, penduduk Desa Cit, Riau Silip, penambangan di kawasan perkebunan rakyat dan pekarangan rumah itu biasanya dilakukan para pemilik tanah itu sendiri.
Pertambangan timah diminati masyarakat karena hanya membutuhkan modal awal Rp 15 juta dan hasilnya dapat langsung dinikmati pada pekan yang sama.
Nirhamsyah, pemilik tambang dari Belinyu, juga mengemukakan, sebagian penduduk memiliki mental yang ingin mendapat keuntungan secara instan. Kondisi tersebut membuat mereka mau mengorbankan kebun sendiri untuk ditambang.
Koordinator Wilayah Asosiasi Tambang Timah Rakyat Bangka Budi Johanes mengemukakan, tanah kebun yang sudah ditambang hanya dapat ditanami tanaman jarak dan akasia. Tanaman perkebunan sulit tumbuh di lahan bekas pertambangan karena lapisan humus tertimbun lapisan tanah bagian bawah yang tidak subur dan terlalu asam.
Sebelumnya, Gubernur Bangka Belitung Hurdani Rani menyatakan, konversi lahan perkebunan menjadi pertambangan sangat mengkhawatirkan karena membuat rakyat justru kehilangan masa depan. Cadangan timah di daerah itu suatu saat akan habis, dan kebun sulit ditanami lagi.
Kondisi itu berpotensi menciptakan ledakan pengangguran di masa depan karena masyarakat tidak dapat menambang atau bertani. Jika hal itu sampai terjadi, di Bangka
ÂÂ
sumber: