Ratusan Alat Penambangan Emas Nongkrong Di Pedalaman
Ratusan Alat Penambangan Emas Nongkrong Di Pedalaman
Banjarmasinpost, 22 November 2005
Palangka Raya, BPost
Ratusan unit alat tradisional untuk memambang emas saat ini nongkrong di kawasan hulu Sungai Barito, Kalimantan Tengah.
Alat penamabangan emas tradisional yang nongkrong itu sebelumnya digunakan untuk menambang logam mulia itu di dasar Sungai Barito yang membujur dari utara pedalaman Kalimantan Tengah sampai Kalimantan Selatan hingga Laut Jawa, demikian dilaporkan, Sabtu.
Seperti terlihat di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito atau tepatnya di antara wilayah Kabupaten Barito Utara (Barut) dan Murung Raya (Mura), pedalaman Kalteng alat penambangan tradisional emas rakyat tersebut kini terpaksa parkir di pinggir sungai itu.
Warga setempat menerangkan istirahatnya penambangan emas tradisional tersebut dikarenakan keadaan air Sungai Barito dalam beberapa pekan terakhir sedang dalam atau baru habis banjir.
Selain itu, disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga pertambangan rakyat secara tradisional yang sedikit menggunakan sistem semi mekanik terpaksa terhenti untuk sementara waktu.
"Karena harus diperhitungkan secara lebih cermat antara biaya operasional dengan perkiraan pendapatan yang bakal dikantongi," tutur seorang warga Puruk Cahu, ibukota Mura, kabupaten paling ujung Barito pedalaman Kalteng.
Ia menuturkan, dalam keadaan normal atau selagi air sungai surut tiap unit usaha penambangan tradisional itu bisa saja mendapatkan emas murni per hari sekitar 30 gram, dengan harga jual di tempat berkisar antara Rp100 ribu sampai Rp110.000/pgram.
Dari perhitungan itu secara keseluruhan berarti tiap unit usaha penambangan tradisional tersebut mendapat uang per hari bisa mencapai Rp.3.300.000, tetapi keperluan BBM jenis solar yang digunakan juga tidak kurang dari Rp2.000.000, sehingga setelah dikurangi biaya operasional pendapatan hanya sekitar Rp1.000.000 yang umumnya dibagi untuk beberapa orang (biasanya 4 - 5 orang).
Menurut mereka, kalau diperhitungkan pendapatan saat sebelum kenaikan harga BBM dan keadaan hasil penambangan normal, maka hasil yang diraup sekarang kurang memadai atau lebih memberikan keuntungan pada masa sebelumnya.
"Apalagi dengan keadaan air sungai dalam, sulit untuk bisa mendapatkan emas 30 gram per hari, sementara keperluan bahan bakar tak mengalami perubahan," tuturnya.
Usaha penambangan emas secara tradisional yang dilakukan rakyat di dasar Sungai Barito itu ramai dikala musim kemarau, sehingga tak banyak menggunakan bahan bakar, bahkan warga masyarakat pun bisa melakukan secara manual pula dengan memakai alat berupa dulang.
Namun saat musim penghujan dan keadaan air sungai lagi dalam, warga masyarakat ada yang melakukan penambangan emas di tebing-tebing yang juga menggunakan sistem semi mekanik.
"Kalau dibandingkan dengan peroleh di sungai, hasil penambangan di tebing-tebing itu tidak sebanyak pendapatan dari menambang emas di dasar sungai. Tapi daripada tak punya kerjaan lain, lebih baik menambang emas di tebing/daratan, kendati hasilnya tidak seberapa banyak," ujar diantara warga setempat. sumber: