Rapat Kerja di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pada hari Sabtu (22/1/2011) telah dilakukan Rapat kerja yang dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono didampingi Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta, Menteri Kehutanan, Kehutanan Zulkifli Hasan dan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Eko Maulan Ali serta pelaku industri pertambangan yang melakukan kegiatanya di wilayah Bangka Belitung. Rapat kerja juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Bambang Setiawan serta Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Sosial Kemasyarakatan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil timah putih (stanum) yang dikenal luas di pasar internasional dengan merk dagang BANGKA TIN. Penambangannya sebagian besar masih diusahakan oleh 2 (dua) perusahaan besar yaitu PT. Tambang Timah, Tbk dan PT. Kobatin. Berdasarkan informasi Badan Geologi, Kementerian ESDM tahun 2009, Provinsi ini memiliki sumber daya timah sebanyak 650.135 ton dengan total cadangan sebesar 33.991 ton.
Kondisi lingkungan yang yang rusak yang juga akibat
adanya pertambangan tanpa izin ini memperburuk keadaan lingkungan dan juga
menjadikan masalah pemanfaatan sumber cadangan timah yang tidak terkontrol. Menurut
Boediono, harus ada terobosan yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi
lingkungan di Babel. Pemerintah pusat, lanjut Boediono, akan membantu Pemprov
Babel dalam menangani masalah lingkungan.
"Oleh sebab itu, ini (kerusakan lingkungan) akan dibahas oleh satu tim
dari pusat. Nanti Pak Menhut (Zulkifli Hasan) sebagai leading, juga Menteri
ESDM, Menteri LH juga akan ikut dan kemungkinan sekali nanti dengan menteri
yang lainnya yang diperlukan," papar Boediono.
Selain membantu mengembalikan kondisi lingkungan, tim ini juga akan bertugas
untuk mencari alternatif mata pencaharian bagi penduduk Babel. Pasalnya,
menambang timah, sudah menjadi kegiatan utama dari masyarakat sekitar.
Wapres menjelaskan,
timah merupakan sumber daya alam yang akan tidak bisa diperbaharui kembali. Lagi
pula harga bahan tambang ini juga relatif tidak stabil di pasaran. “Begitu yang
diambil habis ya habis” lanjut Boediono. Pada kesempatan itu pula Wapres
Boediono menyarankan supaya Pemerintah Provinsi harus mulai memikirkan rencana
jangka menengah untuk mensiasati hal ini. Jangan sampai karena terlena dengan
kekayaan alam timah Pemprov melupakan kegiatan ekonomi lainnya, yang tentunya
ini dapat membawa Babel untuk survive dan mempunyai suatu jalur pembangunan
yang berkelanjutan. (nareshwara)
sumber: