PTBA: Pasok batu bara ke Suralaya terganggu akibat transportasi

JAKARTA (Bisnis): Manajemen PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) mengatakan tidak terpenuhinya komitmen kontrak pasokan batu bara ke PLTU Suralaya disebabkan oleh gangguan pengangkutan kereta api dari Muara Enim di Sumsel ke Tarahan, Lampung.

Sekretaris Perusahaan PTBA Milawarma mengatakan tidak terpenuhinya kontrak itu tidak ada hubungannya dengan faktor kenaikan harga di pasar dunia karena justru perusahaan mengalami penurunan realisasi ekspor menjadi 77% dari target.

"Setiap bulan kami para pemasok ke Suralaya selalu melakukan rapat koordinasi untuk menjamin pasokan ke Suralaya. Sejauh ini PTBA menjamin 95% dari total pasokan itu dan ternyata kami hanya kurang 5% saja dari kewajiban kami," katanya kepada Bisnis kemarin.

Menurut dia, mengatakan kurangnya pasokan karena masalah kerusakan rel pada angkutan kereta api sejak Desember 2003.

Milawarma mengatakan perusahaan memiliki kontrak pasokan sebanyak 21.000 ton per hari, di mana yang bisa dipenuhi saat ini adalah sebesar 17.000 ton.

Kendati begitu, paparnya, pasokan ke Suralaya tetap menjadi prioritas bagi PTBA selaku pemasok utama karena dilandasi oleh pertimbangan vitalitas dan strategis.

Dia mengatakan antara PTBA dan PT Indonesia Power, selaku pembeli memang masih ada masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini.

Harga jual

Masalah tersebut, katanya, menyangkut kesepakatan penyesuaian harga penjualan dari PTBA ke Indonesia Power dari Rp240.000 per ton menjadi Rp244.000 per ton.

Namun, tuturnya, permintaan penyesuaian harga itu tidak sampai pada tingkat harga batu bara di pasar internasional karena kalau mengikuti hal itu, maka akan sampai pada kisaran Rp270.000 per ton.

Menurut Milawarma, permintaan penyesuaian itu lebih pada tanggung jawab manajemen kepada pemegang saham perusahaan yang menginginkan perusahaan menjalankan bisnis sesuai dengan prinsip pasar.

"Kalau kami tidak meminta penyesuaian harga tentu pemegang saham akan kecewa kepada manajemen karena tidak lagi menjalankan bisnis melalui pendekatan prinsip penjualan berdasarkan standar harga," katanya.

Dia mengharapkan PLTU Suralaya mau duduk bersama untuk mencari solusi yang saling menguntungkan antara kedua pihak. Karena, lanjutnya, selama ini kesepakatan harga Rp240.000 per ton pun belum dinikmati oleh PTBA.

Dia menjelaskan awalnya harga kontrak dengan PLTU Suralaya adalah Rp234.000 per ton, kemudian disepakati Rp240.000, dan sekarang BUMN tambang itu minta dinaikkan lagi menjadi Rp244.000 per ton.

Sebelumnya, PT PLN menyatakan PLTU Suralaya terpaksa menurunkan konsumsi batu bara dari 30.000 ton menjadi 25.000 ton per hari, karena sejumlah pemasok mengingkari kontrak dengan unit pembangkit tersebut.

sumber: