PT Antam Yakin Tewas Cuma Empat


PONGKOR - Jawapos, 5 Maret 2004- Asap tebal beracun yang kemarin menyelimuti lorong tambang (tunnel) level 3 dan level 4 membuat tim evakuasi tidak berdaya. Hingga kemarin, tim evakuasi belum bisa masuk ke TKP untuk membawa keluar delapan jasad penambang emas ilegal (gurandil) yang masih terjebak di terowongan.

Soal korban tewas di areal penambangan emas milik PT Aneka Tambang (Antam) Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) di Gunung Pongkor, Desa Bantarkaret, Kec Nanggung, Kab Bogor, itu, hingga kemarin jumlahnya masih simpang siur.
Ada yang meyakini 12 orang, tetapi ada pula yang menyebut 13 orang.

Soal jumlah yang simpang siur itu terjadi karena keterangan pihak PT Antam berbeda dengan keterangan sejumlah gurandil yang menyaksikan sendiri nahas pada Rabu lalu itu.

Yang jelas, Kuasa Direksi PT Antam UBPE Pongkor Ir H Iwan Irawan, didampingi Kepala Pengembangan Masyarakat dan Humas (Bangmashum) Poerwono Widodo, menjelaskan, jumlah korban tewas itu malah cuma empat orang.

Keempat korban itu adalah seorang karyawan tambang PT Antam Haris Purwadi dan tiga gurandil (Abas, Eman, dan
Oman). Sedangkan karyawan rekan Haris yang berhasil diselamatkan dalam evakuasi berjumlah enam orang. Mereka adalah Endang Suherman, Masimin Masta, Kamaludin, L Banil, Ngatijan, dan Yulianto Dadi.

"Keenam karyawan tersebut ditemukan dalam keadaan pingsan setelah menghirup asap, sedangkan Haris Purwadi akhirnya meninggal dunia," kata Iwan Irawan.

Sementara itu, berdasarkan penjelasan Muhammad Zuhro, yang sempat mengevakuasi sejumlah gurandil yang terjebak lubang penuh asap, saat bencana itu sekitar 90 orang di
sana. Tapi, dia melihat separuhnya saja yang berhamburan keluar menyelamatkan diri. "Saat mereka (gurandil) itu terjebak asap tebal dalam lubang-lubang gua, paling tidak 45 orang dalam hitungan saya yang berhamburan," kenangnya.

Angka 90 orang tersebut kali pertama disampaikan saksi mata bernama Cecep, 29, kerabat salah satu korban tewas yang sudah berada di Rumah Sakit Umum Palang Merah
Indonesia (RSU-PMI) Bogor. Dia adalah Eman, 30, warga Kampung Paradin RT 01/RW 04 Kec Jasinga, Kab Bogor, Rabu lalu.

Namun, angka 90 gurandil itu tetap saja dibantah PT Antam UBPE Pongkor. PT Antam berargumen, lubang-lubang gua yang jadi pintu masuk ke pertambangan di arealnya itu berukuran kecil, sehingga mereka yang masuk harus satu per satu. "Jadi, tidak mungkin lubang tersebut mampu menampung jumlah orang sebanyak itu," statemen perusahaan BUMN tersebut.

Pakai Blower
Tim evakuasi penyelamatan korban dan penyelidikan yang dilakukan pihak PT Antam, anggota kepolisian dari Polsek dan Polres setempat, serta dibantu Pusat Laboratorium dan Forensik Polda Jawa Barat, hingga kemarin petang belum berhasil masuk ke area tunnel pertambangan yang berasap tersebut.

Alhasil, hampir seluruh tim evakuasi kembali ke kantor PT. Antam Pongkor tanpa membawa sisa korban yang masih ada di tunnel. "Kami masih belum bisa laksanakan evakuasi, karena asapnya masih tebal dan membahayakan," ujar Kompol Rastiman dari Polda Jawa Barat.

Radar
Bogor (Grup Jawa Pos) melaporkan dari lokasi, evakuasi yang dilakukan sejauh ini berhasil mengeluarkan tujuh karyawan PT Antam dari tunnel. Tapi, seorang dari mereka tidak dapat terselamatkan. Dia mati lemas. Dialah Haris Purwadi itu.

Sedangkan dari 11 gurandil yang tewas, hingga kemarin baru tiga mayat mayat yang bisa dikeluarkan, yakni Abas, Eman, dan
Oman sebagaimana disebutkan PT Antam. Namun, para gurandil yang selamat meyakini delapan rekannya masih di dalam tunnel dan diyakini sudah mati lemas. Sayang, hingga kemarin mereka belum bisa menyebutkan nama-nama yang masih terjebak itu.

"Ini benar-benar peristiwa yang sangat mengejutkan kami," aku Drs Eddy Ustoro, Kepala Humas Perum Antam UBPE Pongkor.

Menghadapi kendala kemarin, pihak PT Antam masih berusaha melakukan penyedotan asap yang berada di tunnel TKP dengan menggunakan blower. Upaya ini dilakukan guna mempercepat evakuasi dan penyelidikan atas kejadian tersebut. Sementara itu, dipastikan tidak terjadi kerusakan apa pun terhadap fasilitas produksi UBPE Pongkor akibat peristiwa ini.

Namun, PT Antam tetap mengalami kerugian karena terhentinya produksi pada beberapa tunnel yang berasap. "Kerugian yang diderita diperkirakan sekitar ratusan juta," tambah Eddy.

PT Antam terus berupaya secara maksimal mencegah terulangnya peristiwa ini di masa mendatang dengan lebih mengintensifkan pengamanan di arel pertambangan di wilayah UPBE Pongkor. Dan, pihak perusahaan mengingatkan kembali masyarakat agar menjauhi kegiatan tanpa izin seperti itu karena risikonya sangat besar.

Menurut para gurandil yang selamat, peristiwa ini berawal dari timbulnya asap di tunnel level 400 atau 4 yang terlihat oleh karyawan shift 1 yang datang menggantikan rekannya di shift 3 pada Rabu pagi antara pukul 05.00 hingga 06.00 WIB. Kemudian karyawan shift 1 mencoba untuk menolong karyawan lain yang terkepung asap.
Para karyawan juga dibantu oleh pihak keamanan PT Antam, yang dikenal dengan tim ERG (Emergency Response Group).

Selanjutnya, Tim ERG (Emergency Response Group) yang dibantu beberapa karyawan diturunkan melakukan penyisiran dan evakuasi. Usaha evakuasi akhirnya berhasil menyelamatkan enam karyawan yang pingsan. Tapi, karyawan bernama Haris Purwadi sudah keburu mati lemas.

Sekitar pukul 10.30 WIB, seluruh karyawan yang bertugas di level tersebut dapat dievakuasi dan diinstruksikan untuk keluar dari areal penambangan. Dari manakah asap itu? Inilah yang jadi fokus penyelidikan.

"Berdasarkan kajian, disimpulkan adanya pembakaran kayu-kayu yang dilakukan Penambang Emas Tanpa Izin (PETI dan asap kemudian tersedot melalui lubang ventilasi," ujar Iwan Irawan dari PT Antam.

Dia menjelaskan, usaha pengasapan lorong tambang oleh PETI sudah terjadi beberapa kali dengan tujuan untuk menghalau para karyawan yang bekerja di level itu, untuk kemudian mereka masuk guna mengambil biji emas yang ada.

"Pada kasus terdahulu tidak menimbulkan korban, sedangkan kejadian sekarang menimbulkan korban, baik di pihak karyawan maupun penambang tanpa izin itu," tambahnya.

Tapi, penyebab asap versi PT Antam itu langsung dimentahkan para gurandil. Mereka menegaskan, asap muncul karena aksi pembakaran ban bekas. Mana yang benar? Polisi berkewajiban mengungkapkannya.

sumber: