PT AI Beri Santunan Rp400 Juta: Nelayan Tuntut PT AI NPLCT Rp30,8 M
KOTABARU,- Radarabanjar, 15 Maret 2004 -
Padahal sebanyak 571 nelayan dalam aksi unjuk rasa, mereka menuntut santunan sebesar Rp54 juta per bagang. Sehingga PT AI mereka bebani santunan sebesar Rp30,8 miliar. Setelah ada upaya negosiasi yang dilakukan oleh Bupati Kotabaru Drs H Sjachrani Mataja MBA MM dengan top manager perusahaan tambang itu di
"Ya santunannya sudah ada minggu lalu. Semula nilainya Rp200 juta untuk dua desa. Lalu dengan alasan agar tidak ada gejolak menghadapi pemilu nanti, saya mintakan agar dinaikkan lagi jadi Rp400 juta. Dan, uang santunan tersebut di luar dari kewajiban CD dan LPUM," kata Sjachrani kepada wartawan, kemarin dengan singkat.
Menurutnya, uang itu terserah para nelayan mau digunakan untuk keperluan apa saja. Meski demikian, jelas Sjachrani, ada nelayan yang tidak bersedia menerima santunan itu. Karena nilai nominal santunan tersebut dinilai terlalu kecil. Sebab dalam tuntutan unjuk rasa sebelumnya, mereka menuntut santunan sebesar Rp54 juta per bagang. Berarti PT AI NPLCT mereka bebani kewajiban sebesar Rp3,8 miliar.
Seperti diberitakan, ratusan nelayan bagang dari 2 desa menyampaikan aspirasi soal menurunnya penghasilan mereka akibat kegiatan PT Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (PT AI NPLCT) yang loading batubara di dermaga perusahaan tambang itu. Beberapa kali dilakukan pertemuan. Mereka minta pembuktian secara empiris, agar perusahaan tambang yang sudah dinasionalisasi itu agar berhenti selama 6 bulan. Sehingga bisa diketahui apakah penyebab memang benar aktifitas PT AI NPLCT ataukah bukan. Tapi pihak PT AI NPLCT tidak bisa memenuhi keinginan nelayan. Lebih memilih jalur hukum.
Menurut versi nelayan, setidaknya ada 2 faktor yang menyebabkan pendapatan mereka menurun. Pertama, adanya sinar lampu sepanjang dermaga maupun terminal yang dapat mengundang ikan ke arah sekitar sumber cahaya. Kedua, akibat adanya pencemaran batu bara yang jatuh ke laut saat bongkar muat dilaksanakan selama ini. Mereka menilai, sebelum adanya kegiatan di sekitar wilayah tangakapan ikan itu, para nelayan setempat mampu menghasilkan 40 hingga 75 kg ikan teri kering per malam. Namun belakangan sejak dibangunnya terminal dermaga batubara pada tahun 1995 hingga sekarang, penghasilan nelayan menurun tajam. Per malam hanya dapat meraup rezeki sekitar 3 hingga 5 kg ikan teri setiap malam