Produsen Baja Dalam Negeri Kurangi Volume Produksi

 Jakarta, Kompas, 6 Maret 2004 - Produsen produk bahan baku baja dalam negeri akan mengurangi volume produksi jika tarif Bea Masuk bahan baku baja impor diturunkan menjadi nol persen. Produsen perlu mengurangi volume produksi untuk mengurangi kerugian yang lebih besar karena tidak dapat bersaing dengan bahan baku baja impor yang kemungkinan dapat masuk ke pasar dalam negeri dengan harga yang lebih murah.

"Sekarang ini produksi baja lembaran canai panas (hot rolled coil/HRC) sekitar 2 juta ton. Dengan harga bahan baku di pasar dunia yang tinggi, kita sudah mengurangi produksi menjadi 1,7 sampai 1,8 juta ton. Kalau BM diturunkan menjadi nol, kemungkinan kita akan mengurangi produksi sampai 1,5 juta ton," kata Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel (PT KS) Kemal Masduki di Jakarta, Kamis (4/3).

Kemal menambahkan, pengurangan produksi kemungkinan juga dilakukan untuk produk baja lembaran canai dingin (cold rolled coil/CRC) dari 700.000-750.000 ton menjadi sekitar 500.000 ton.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektronika, dan Aneka Departemen Perindustrian dan Perdagangan Subagyo mengungkapkan, PT KS akan rugi sendiri jika mengurangi produksi. "Tidak mungkin mengurangi produksi," katanya.

Subagyo menjelaskan, jika BM bahan baku baja seperti HRC dan CRC ditetapkan nol persen, industri pengguna HRC dan CRC dapat mencari alternatif pasokan dari negara lain. "Kalau produsen bahan baku baja, seperti PT KS mengurangi produksi, dia (PT KS) akan mati sendiri," katanya.

Subagyo mempertanyakan sejauh mana PT KS yang selama ini sudah banyak diproteksi dengan tarif BM yang tinggi, yaitu 20 persen sampai 25 persen, menata industri dengan lebih baik. Ia menambahkan, produk baja yang diproduksi PT KS dan produsen lain, seperti HRC dan CRC, seharusnya dapat kompetitif dengan produk HRC dan CRC impor.

Subagyo menambahkan, harga slab-bahan baku HRC dan CRC-dunia memang tinggi. Itu berarti harga HRC dan CRC dari negara mana pun mempunyai biaya produksi yang relatif sama.

"Produk HRC dan CRC PT KS seharusnya dapat lebih murah dibandingkan dengan produk HRC dan CRC impor. Mengapa? Karena HRC dan CRC impor terkena biaya pelayaran (freight cost) yang juga tinggi dan ongkos-ongkos lain," katanya.

Sementara itu, produk PT KS yang diproduksi di Indonesia jelas tidak memiliki komponen biaya pelayaran. Dengan demikian, harganya seharusnya justru dapat lebih murah.

Bukan ancaman

Menurut Kemal, pengurangan produksi itu bukan merupakan ancaman. "Kita tetap beritikad baik membantu industri pengguna bahan baku baja untuk memasok bahan baku produk baja," katanya.

Kemal menjelaskan, harga baja pelat sekarang ini sudah mencapai 500 dollar AS per metrik ton (MT). Dengan harga slab yang tinggi, harga HRC di pasar dalam negeri mencapai 570-580 dollar AS per MT.

Jika BM ditetapkan nol persen, menurut Kemal, produk HRC dan CRC yang berkualitas rendah (secondary quality) akan masuk ke pasar dalam negeri. Harganya pun lebih rendah daripada harga HRC dan CRC yang diproduksi oleh PT KS. Ia menyebutkan, harga HRC dengan kualitas rendah mencapai 550 dollar AS sampai 560 dollar AS per MT.

"Kita jelas tidak dapat bersaing dengan produk impor karena harga tidak kompetitif," kata Kemal.

Oleh karena itu, PT KS berencana menurunkan volume produksi HRC dan CRC untuk mengurangi kerugian yang lebih besar. Langkah ini dianggap yang paling aman untuk menekan risiko kerugian akibat melonjaknya biaya produksi.

Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Utama PT Gunung Raja Paksi-produsen pelat baja (plate)-Djamaluddin. Menurut Djamaluddin, dengan harga slab 500 dollar per MT, harga plate di dalam negeri bisa mencapai 600 dollar AS. Sementara itu, produk plate impor sudah hampir sama dengan harga bahan baku slab.

Menurut Subagyo, meskipun bahan baku baja di dunia kurang, industri pengguna bahan baku baja tetap saja dapat mencari alternatif pasokan di pasar dunia, jika BM bahan baku baja ditetapkan nol persen.

"Saya rasa pelaku usaha memiliki jaringan bisnis yang luas sehingga dapat mencari alternatif pasokan," katanya. (FER)

sumber: