Produksi batubara di Sumbar menurun

PADANG (Bisnis): Produksi batu bara di Sumatra Barat sejak 1997 lalu hingga kini terus menurun, mengingat saat ini tambang terbuka di Kota Sawahlunto sebagai daerah produksi terbesar di provinsi itu sudah habis.

Berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumbar, tahun lalu Sumbar hanya mampu memproduksi 916.335,38 ton. Padahal pada 1997, daerah ini mampu memproduksi 2.553.541 ton. Tapi, jumlah itu menurun pada 1999. Tahun itu, Sumbar memproduksi 1.844.421 ton batu bara dan selama 2001 tinggal 1.106.483 ton.

Produksi batu bara Sumbar tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan PT Semen Padang (PT SP) dan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) Sijantang. Sebab, untuk memproduksi lima juta ton semen dalam setahun, PT SP membutuhkan 850.000 ton batu bara. Sedangkan untuk memproduksi 200 MW listrik, PLTU Sijantang membutuhkan 550.000 ton batu bara setiap tahun.

"Akibatnya, kedua perusahaan tersebut terpaksa mengimpor batu bara dari Kalimantan," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatra Barat, Bambang Istijono kepada Bisnis di Padang, akhir pekan lalu.

Menurut dia, batu bara yang bisa diproduksi di Sumbar saat ini tinggal tambang dalam. Diperkirakan, jumlahnya hanya 45 juta ton. Sedangkan untuk memproduksi batu bara tambang dalam, dibutuhkan investasi besar. "Kami kesulitan mendatangkan investor."

Bambang menambahkan sudah 50 perusahaan sudah mengantongi kuasa pertambangan (KP) dan penjualan batu bara di Sumatra Barat. Tapi, belum ada yang melakukan tambang dalam.

Sedangkan produksi terbesar dilakukan PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin (PT BA UPO), PT Allied Indo Coal (PT AIC), dan PT Karbindo Abes Syapradhi.

Selama ini, PT BA UPO memproduksi 103.755,53 ton per tahun. Sedangkan AIC memproduksi 117.158,24 ton per tahun dan PT Karbindo Abes Syapradhi memproduksi 85.624,04 ton per tahun.

Sampai saat ini, hanya PT BA UPO yang mulai melakukan tambang dalam. Namun, produksinya masih sangat kecil, karena kekurangan dana. PT BA UPO sendiri masih melakukan negosiasi dengan investor dari Cina.

Sedangkan PT AIC, baru mulai membangun konstruksi penambangan dalam. "AIC sudah mendapatkan investor dari Cina. Amdalnya sudah selesai dan saat ini sedang membangun konstruksi penambangan," kata Bambang sambil menambahkan, PT Karbindo Abes Syapradhi masih mencari investor.

Bambang menjelaskan batu bara sampai saat ini merupakan satu-satunya bahan galian yang tergolong paling strategis di Sumbar. Potensi cadangannya telah diketahui sangat besar di Sumbar, bahkan sejak zaman Belanda. (k13)

Batu bara tersebut tersebar di Kota Sawahlunto dengan total cadangan terukur 104,8 juta ton. Sedangkan cadangan tertambang diperkirakan 38,45 juta ton. Selain itu, di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung dengan total cadangan terukur 76 juta ton dan empat juta ton Kabupaten Pesisir Selatan.

Dia menjelaskan masalah batu bara di Sumbar sangat berkaitan dengan dua industri besar di Sumbar yakni PT SP dan PLTU Sijantang. Menurut Bambang, kalau ada kendala dalam pengadaan batu bara, operasional PT SP dan PLTU Sijantang akan terganggu. "Padahal, konsumennya sangat besar."

Menurut Bambang, Pemerintah Provinsi Sumbar telah berupaya mendatangkan investor dari Singapura dan Cina. Namun belum terealisasi. Selain itu, pemprov meminta bantuan pemerintah pusat untuk mencarikan investor. "Kami masih menunggu hasilnya."

sumber: