Presiden Minta Laksanakan Aksi Penghematan Nasional
Jumat, 24 Juni 2005, 07:22 WIB
Presiden Minta Laksanakan Aksi Penghematan Nasional
JAKARTA, investorindonesia.com
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan jajarannya menyiapkan langkah untuk melakukan aksi penghematan energi nasional. Langkah ini guna mengantisipasi kecenderungan makin naiknya harga minyak dunia.
Penghematan akan diterapkan ke beberapa sektor yang paling banyak menggunakan energi listrik dan BBM untuk kegiatan operasionalnya. Sektor itu antara lain tranportasi, rumah tangga dan bangunan komersial.
"Tentu kita harus merelakan kenyamanan kita berkurang, tapi jangan sampai mengurangi kegiatan ekonomi nasional yang akan berdampak pada ekonomi makro," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yosgiantoro, usai rapat kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (23/6/2005) malam, seperti dilansir detikcom.
Instruksi ini merupakan salah satu dari empat arahan yang disampaikan oleh presiden dalam rapat yang berlangsung selama lima jam sejak dimulai pada pukul 19.00 WIB. Rapat yang secara khusus membahas situasi energi nasional ini juga diikuti oleh Wapres Jusuf Kalla dan sejumlah angota kabinet. Diantaranya Menko Kesra Alwi Shihab, Menko Perekonomian Aburizal Bakrie, Meneg BUMN Sugiharto, Menhub Hatta Rajasa dan Dirut Pertamina Widya Purnama.
Arahan lain yang disampaikan Presiden untuk mengatasi masalah kelangkaan BBM di sejumlah daerah adalah meningkatkan cadangan nasinonal secara bertahap hingga ke tingkat aman.
"Upaya jangka pendek adalah fokus pada peningkatan cadangan BBM nasional dari yang sekarang 17,2 hari jadi 22 hari secara bertahap. Bila tercapai, artinya kita telah kembali ke masa normal," ujar Purnomo.
Dijelaskan Ari Soemarno, Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina, pihaknya menargetkan dapat meningkatkan cadangan BBM nasional ke 18,5 pada akhir Juni. Sedangkan sampai ke tingkat aman 22 hari, diharapkan dapat direalisasikan pada minggu ketiga bulan Juli.
"Kita telah menyiapkan dana US$ 175 juta untuk mencapai cadangan 18,5 hari. Lalu untuk 22 hari, kita membutuhkah sekitar US$ 200 juta. Ini dihitung dengan harga minyak US$ 60 per barel," urai Ari.
Menneg BUMN Sugiharto mengakui, Pertamina membutuhkan tambahan modal kerja yang luar biasa agar dapat melaksakan mencukupi cadangan BBM nasional. Maka pihaknya dan Departemen Keuangan akan merumuskan mekanisme bantuan pembiayaan yang meringankan cash flow Pertamina.
"Salah satu problem adalah mismatch dengan Menkeu untuk pencairan subsidi dengan ketersediaan bahan baku. Disepakati berdasarkan Kepmenkeu 51/2005 dijamin utang 2003-2004 untuk segera dibayarkan kepada Pertamina. Juga disepakati penyaluran cash flow bulanan dibayarkan di awal bulan. Ini akan membuatnya lebih rileks untuk menaikkan cadangan BBM nasional," papar Sugiharto.
Purnomo menambahkan Presiden juga memberi arahan dua langkah jangka panjang. Kepada aparat penengak hukum dan distribusi BBM diminta menggiatkan pemberantasan penyelundupan dan pengoplosan BBM. Kemudidan peningkatan produktivitas kegiatan ekonomi dengan good corporate government. (*)
sumber: