BUSAN--MIOL: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau para pengusaha Korea Selatan (Korsel) untuk tidak menunda rencana investasi di Indonesia mengingat berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh Indonesia. Imbauan tersebut disampaikan Presiden Yudhoyono dalam pertemuan dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Korsel di Hotel Paradise, Busan, Minggu. Dalam pertemuan itu, Presiden didampingi Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat, Menko Perekonomi Aburizal Bakrie, Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu dan beberapa anggota Kadin Indonesia seperti pengusaha Rahmat Gobel, Sofyan Wanandi, dan Direktur PT Telkom Arwin Rasyid, Dirut Garuda Emirsyah dan Dirut Pertamina Widya Purnama. Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa ada enam alasan mengapa dia menegaskan agar para pengusaha tidak menunda investasi mereka di Indonesia yakni Indonesia tidak hanya bisa secara cepat bangkit dari berbagai krisis baik itu bencana alam ataupun serangan teroris tapi juga negara demokrasi terbesar ke tiga di dunia. Selain itu stabilitas dan keamanan di Indonesia sudah mencapai kemajuan yang signifikan, terutama setelah sukses mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Meski diakui bahwa masyarakat masih dihantui oleh aksi teroris namun aparat telah berhasil menangkap gembong teroris Azahari dan pengikutnya beberapa waktu lalu. Alasan lain yakni Indonesia mempunyai pemerintahan yang memihak rakyat miskin, pertumbuhan ekonomi, penambahan lapangan kerja dan juga mendukung para pengusaha. Di samping itu, meski terjadi bencana alam dan masalah lain seperti meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM), Indonesia tetap mampu mempertahankan stabilitas ekonomi makro dan optimis akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Alasan kelima bahwa pemerintah saat ini mempunyai agenda utama memberantas korupsi dan meningkatkan kualitas pemerintahan yang bersih. "Saya sadar kalau anda semua sangat khawatir mengenai masalah korupsi dan segala bentuk ekonomi biaya tinggi," kata Presiden. Keseriusan pemerintah, menurut Presiden Yudhoyono dapat dibuktikan dengan diperiksanya para pejabat negara dan pemerintahan termasuk gubernur, bupati, walikota, bankir dan pengusaha jika terkait dugaan korupsi. Sebagai alasan terakhir, pemerintah Indonesia saat ini sedang bekerja keras untuk menciptakan kondisi yang lebih bersahabat bagi para investor, baik asing maupun domesik. Lebih lanjut Presiden menjelaskan bahwa pemerintah menyadari pentingnya kebijakan untuk meningkatkan iklim investasi, dan salah satu usaha ke arah itu adalah melakukan deregulasi dalam hal pajak dan cukai. Korsel, menurut Yudhoyono adalah rekan yang sangat penting bagi kemajuan perekonomian Indonesia, terutama dalam masalah perdagangan dan investasi. "Saya bangga melihat bahwa tahun lalu volume perdagangan antara ke dua negara mencapai 10 miliar dolar AS yang merupakan angka tertinggi sejak sejarah hubungan Indonesia dan Korsel," kata Presiden. Bagi Korsel, Indonesia adalah tujuan investasi luar negeri terbesar ke tiga setelah Cina dan AS dengan total investasi 6,8 miliar dolar AS. Saat ini terdapat 1.000 perusahaan Korsel yang beroperasi di Indonesia dan mempekerjakan sekitar satu juta orang. Di Indonesia juga terdapat sekitar 30 ribu warga Korsel yang menjadikan mereka sebagai komunitas bisnis asing terbesar di tanah air. Sebaliknya di Korsel terdapat sekitar 35 ribu TKI dan angka tersebut menunjukkan kuatnya dan eratnya hubungan ekonomi kedua negara. Usai pertemuan dengan Kadin Korsel, Presiden Yudhoyono dijadwalkan melakukan pertemuan dengan pejabat Microsoft Corporation. Acara terakhir adalah kunjungan ke Korea Hydro dan Nuclear Power Co. Ltd. Keesokan harinya (Senin), Presiden akan melakukan kunjungan kenegaraan ke India dan Pakistan hingga 25 Nopember mendatang. (Ant/OL-1) |