PLTU Asam-Asam Terganggu, Kalsel-Kalteng Krisis Energi

Banjarmasin, Kompas - Akibat Pembangkit Listrik Tenaga Uap Asam-Asam di Kalimantan Selatan mengalami gangguan, pemadaman bergilir untuk wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dimajukan dari jadwal. Saat ini pembangkit listrik Unit I yang berkekuatan 65 megawatt sedang menjalani perawatan menyeluruh (overhaul) selama 30 hari ke depan.

Sementara itu, kalangan industri mengeluhkan, pemadaman listrik bergilir selama sebulan itu akan semakin menyulitkan industri yang kini kesulitan mendapatkan solar. Setelah terpukul akibat kesulitan solar, industri diperkirakan akan mengalami penurunan produksi 10 sampai 20 persen.

Pelaksana Harian Manajer PT PLN Cabang Banjarmasin, Kalsel, Sulistyono menjelaskan di Banjarmasin, Senin (12/7), ada gangguan pada mesin pembangkit Unit I sehari yang lalu. "Gangguannya cukup serius karena itu harus diperbaiki," ungkapnya.

Akibat gangguan itu, beberapa wilayah di Banjarmasin pada Minggu malam lalu sempat gelap. Pemadaman di Banjarmasin itu belum pernah diberitahukan PLN sebelumnya.

Sulistyono menyebutkan, perbaikan gangguan Unit I diperkirakan memakan waktu empat sampai lima hari. Karena itu, PLN memutuskan memperbaiki total (overhaul) sekaligus pembangkit tersebut. "Sebenarnya jadwal kami dari 15 Juli sampai 15 Agustus untuk overhaul," tuturnya.

Akibatnya, bukan hanya Banjarmasin yang akan bergiliran pemadaman listrik, melainkan meliputi empat cabang di wilayah Kalsel dan Kalteng. Keempatnya adalah Banjarmasin, Barabai, Palangkaraya dan Kuala Kapuas (Kalteng).

 

Bahan Bakar Batubara Tidak Masalah

PLTU Asam-Asam yang menggunakan bahan bakar batu bara merupakan pembangkit terbesar untuk menyuplai listrik Kalsel dan Kalteng dengan kapasitas masing-masing 65 megawatt. Sebulan lalu Kalsel dan Kalteng sudah mengalami pemadaman bergiliran karena Unit II mengalami overhaul lebih dulu.

Sulistyono menyebutkan, setiap pelanggan, baik rumah maupun industri, mulai 11 Juli hingga 11 Agustus akan mengalami pemadaman bergilir delapan kali selama sebulan. Pemadaman berlangsung saat beban puncak antara pukul 18.00-24.00. "Sistemnya tiga hari menyala, satu hari padam," ujarnya.

 

Pasokan solar tersendat

Pemadaman PLN secara bergiliran itu sudah dimaklumi kalangan industri karena overhaul merupakan keharusan. Namun, kalangan industri menyatakan, posisi mereka saat ini makin terpojok setelah mengalami kesulitan mendapatkan solar.

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Cabang Kalsel dan Kalteng Sulaiman Abdullah menyebutkan, pemadaman itu akan berdampak penurunan produksi karet 10 sampai 20 persen.

"Terlebih pemadaman ini bersamaan dengan tersendatnya pasokan solar dari Pertamina," ungkapnya.

Sebagian pabrik pengolahan karet ada yang bergantung pada listrik dari PLN saja. "Kalau pabrik itu punya genset, dampak itu bisa dikurangi. Tetapi, dengan catatan suplai solar dari Pertamina lancar," tambahnya.

Masalahnya suplai solar dari Pertamina ke industri sejak sebulan terakhir tersendat-sendat. "Pertamina hanya memasok kebutuhan industri 35 persen sampai 40 persen saja. Ini sudah sangat memukul industri karet," ujarnya.

Sulaiman memahami posisi PLN yang harus melakukan overhaul. Namun, Sulaiman berharap agar situasi seperti itu tidak sering terjadi dan waktu pemadaman jangan sampai terjadi siang hari.

sumber: