\'PLN bisa ciptakan pasar batu bara kalori rendah\'
\'PLN bisa ciptakan pasar batu bara kalori rendah\'
Bisnis, 29 Desember 2005
ÂÂ
Cetak biru (Blue Print) Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 menempatkan batu bara memiliki porsi 32,7 % atau di atas gas (30,6 %) dan minyak (26,2 %). Dengan porsi 32,7 %, berarti pada 2025 akan terdapat konsumsi batu bara untuk pasar domestik sebesar 194 juta ton.
"Blue Print tersebut tidak akan berjalan tanpa keterlibatan serius dari PLN dalam membangun pembangkit listrik baru. Karena BUMN ini lah satu satunya yang diharapkan dapat menyerap produksi batu bara
Dia menyatakan hal itu dalam seminar Menggali potensi, peluang dan kendala pemanfaatan batu bara berperingkat rendah pada pembangkit tenaga listrik yang diselenggarakan oleh PT Artha Daya Coalindo-anak perusahaan PT Indonesia Power.
Ahli pertambangan batu bara Institut Teknologi Bandung Djamhur Sule menyebutkan 83% dari potensi batu bara nasional-yang mencapai 57,85 miliar ton-tergolong berperingkat rendah.
"Oleh karena itu, perlu dicarikan solusi agar potensi batu bara berperingkat rendah [yang berjumlah besar] tadi dapat memiliki nilai jual," tandasnya.
Pemanfaatan batu bara untuk pembangkit tenaga listrik sejak 2003 hingga kini, menurut dia, baru mengalokasi 17,9%. Sedangkan pemakaian minyak (52,8%), gas (23%), tenaga air (4,9%) dan panas bumi 91,9%)
"Pada 2015 pemakaian batu bara akan meningkat menjadi 23,4%. Sedangkan penggunaan minyak pada periode yang sama akan mengalami penurunan menjadi 42,3% dan pengunaan gas akan mengalami kenaikan menjadi 24,7%. Sedangkan penggunaan tenaga air dan panas bumi juga akan naik, tapi menonjol."
Singgih menambahkan batu bara peringkat rendah yang saat ini sebagian besar menjadi sampah (waste coal), secara ekonomis dapat dimanfaatkan oleh PLN dengan cara banyak membangun pembangkit listrik tenaga uap. "Dengan demikian, hanya PLN yang dapat menciptakan pasar batu bara peringkat rendah tidak hanya untuk
Dengan terciptanya pasar tersebut, lanjutnya, maka pemerintah dapat memberikan keringanan royalti atau insentif lainnya kepada perusahaan pemasok bahan bakar peringkat rendah ke PLN. Hal itu, sejalan dengan Keppres No.75/1976.
Andalan utama
Sementara itu, Dirut PTArtha Daya Coalindo Munadjad mengakui bahwa PLN merupakan andalan utama penyerapan batu bara berperingkat rendah pada masa mendatang.
Sebab, menurut dia, meningkatnya harga minyak mentah dunia dan pengurangan subsidi BBM di dalam negeri, menjadikan penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit sebagai pilihan yang paling murah.
"Apalagi untuk mengimbangi tingkat pertumbuhan kebutuhan listrik yang berkisar 6%-9% per tahun, PLN didesak untuk manambah kapasitas daya terpasang pembangkit listrik," paparnya.
Direktur PT Indonesia Power Achmad Sadikin bahkan menyebutkan hanya 5% dari cadangan batu bara nasional yang berkualitas menengah dan tinggi sehingga sering menimbulkan masalah pemasokan.
sumber: