PII-MICA tingkatkan kualitas ahli tambang

  JAKARTA (Bisnis): Badan Kejuruan Tambang-Persatuan Insinyur Indonesia (BKT-PII) menggandeng Mineral Industry Consultants Association Inc (MICA), Australia untuk meningkatkan akreditasi tenaga ahli tambang nasional agar mampu bersaing dalam industri tambang internasional.

Ketua Bidang Hubungan Industri Energi dan Tambang BKT-PII, Herman Afif Kusomo, mengatakan kerja sama dengan asosiasi asal Australia itu akan mampu mendorong tingkat kompetensi dan keahlian para insinyur Indonesia dalam profesi ahli tambang.

"Kerja sama ini salah satunya bermaksud untuk mengembangkan sebuah sistem registrasi transnasional di antara kedua negara untuk insinyur profesional pertambangan agar mobilitas insinyur kedua negara dapat ditingkatkan," katanya di dampingi Antony H. Osman, (Direktur MICA), dan Carlos Sorentino, Chairperson MICA.

Hal itu dikemukakannya sebelum acara penandatanganan naskah kerja sama (memorandum of understanding/ MoU) oleh kedua organisasi itu di Jakarta kemarin.

MICA, menurut Herman, adalah asosiasi konsultan industri tambang terkemuka dari Australia yang reputasinya sudah diakui di industri tambang dunia.

Dia mengatakan selama ini akreditasi dan kompetensi insinyur tambang nasional masih belum sepenuhnya diakui oleh industri tambang dunia.

Hal itu, lanjutnya, menyebabkan para ahli tambang Indonesia belum bisa terlalu banyak terlibat dalam tambang-tambang besar dunia.

Bahkan, tuturnya, dalam kegiatan tambang nasional pun ahli tambang Indonesia belum bisa mendapatkan setiap posisi yang layak untuk didudukinya.

Untuk itu, tambahnya, dengan menggandeng MICA diharapkan ada skala peningkatan dari akreditasi dan keahlian para insinyur tambang nasional.

Herman mengatakan tujuan akhir dari kerja sama yang dilakukan BKT-PII adalah memberikan peluang kepada ahli tambang nasional untuk mendapatkan posisi lebih baik dalam industri tambang nasional dan internasional.

"Insinyur tambang nasional diharapkan bisa mendapatkan manfaat besar dari industri tambang yang beraktivitas di Indonesia. Bayangkan untuk migas saja kita memiliki nilai kegiatan operasi itu mencapai US$5 miliar per tahun," katanya.

Belum lagi, paparnya, peluang keprofesian tambang di Timur Tengah yang sangat banyak seharusnya memberikan kesempatan besar bagi sumber daya manusia nasional.

Sementara itu, Carlos mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menciptakan kesetaraan antara akreditasi dan keahlian profesi tambang insinyur Indonesia dan Australia.

Menurut dia, Indonesia punya peluang cukup besar untuk menjadikan industri tambang sebagai bagian terpenting dalam pengembangan ekonominya seperti negara lainnya yang telah melakukan hal yang sama. (irs)

sumber: