PANGKALPINANG –– Barang komoditi perkebunan Bangka Belitung seperti kelapa sawit, karet, jarak serta lada pada tahun 2007 diprediksi bakal berprospek cerah. Pasalnya, masing-masing komoditi tersebut seperti karet, harganya akan sangat bagus karena di luar negeri kebutuhan sudah tidak mencukupi lagi. Artinya, permintaan lebih tinggi ketimbang suplai barang. Demikian pula dengan kelapa sawit dan jarak. Di negara-negara tertentu termasuk Indonesia sudah mulai mengelola komoditi ini menjadi bio diesel sebagai bahan bakar minyak (BBM).
“Prospek perkembangan ekonomi Babel pada komoditi seperti perkebunan dan pertanian nampaknya akan semakin cerah karena pada masing-masing komoditi tersebut akan terjadi kenaikan harga yang sangat bagus. Selain itu, sektor pertambangan (timah) juga berpotensi memiliki prospek yang cukup bagus yakni ditandai dengan harga timah dunia yang cukup bagus sekarang,†ungkap Halim Susanto, Pengusaha Travel dan Perhotelan kepada Bangka Pos Group, Rabu (3/1).
Halim yang juga pengamat ekonomi di Babel, menegaskan, suplai timah yang berkurang akibat adanya peraturan baru sehingga tidak sembarangan orang bisa ekspor, menyebabkan harga timah luar negeri mengalami kenaikan yakni sekitar 11.000 lebih US dolar/ton.
Ketika pertimahan sudah ditertibkan, yang berakibat kian sulitnya sektor pertambangan di sini Halim mengimbau, masyarakat janganlah terperangah dan berdiam diri. “Cobalah untuk beralih ke perkebunan. Karena semakin tahun kebutuhan pangan ini semakin bagus. Seperti beras saja, kita mesti impor ke luar sehingga berimbas terhadap melonjaknya harga di pasaran,†katanya.
Ditambahkannya, perkebunan rakyat seperti karet bakal bagus karena saat ini orang sudah mulai kembali lagi ke karet alam, bukan karet sintesis untuk memproduksi barang-barang seperti, sarung tangan, kondom serta ban mobil.
2007 Menurun
Sementara itu, Juli Rianthony SE, Direktur IPPI (Institut Pendidikan dan Pelatihan Indonesia) Pangkalpinang memprediksi, pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 bakal menurun, akibat ketidak pastian dari kegiatan penambangan timah. Menurutnya, para pebisnis timah masih dalam keragu-raguan untuk memulai.
Diakuinya, pada tahun 2007 sektor pertambangan masih mendominasi, hanya saja, saat ini para pelaku bisnis timah masih menunggu kepastian peraturan yang berlaku mengenai pertimahan. “Sepertinya baru bisa bergerak usai pilkada (pemilihan kepala daerah), dimana pengusaha akan melihat siapa pemimpin terpilih dan kebijakan apa yang bakal muncul nantinya,†ungkapnya ditemui harian ini pekan lalu.
Ia mengatakan sikap wait and see ini berdampak terhadap pendapatan masyarakat yang menurun sehingga berimbas terhadap kegiatan ekonomi seperti perdagangan elektronik, otomotif maupun sektor UKM. “Hal itu berdampak cukup signifikan. Kalau dulu, dengan adanya penghasilan masyarakat dari timah itu mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi baik dari segi perdagangan dan jasa. Namun kini, banyak masyarakat yang resah,†pungkasnya.
Timah rakyat yang kemarin sempat marak, kata Juli menjadikan pendapatan masyarakat Bangka itu sebenarnya semu. Artinya, waktunya tidak pasti dan tak menentu dan dadakan. Sehingga saat timah berjelolak dan saat kebijakan pemerintah daerah berubah, dampaknya terhadap pendapatan masyarakat itu sangat jelas sekali. Demikian pula dengan perdagangan dan jasa.
“Yang menjadi pemikiran saya, bahwasanya, momentum kejadian lalu (Oktober kelabu-red) itu menjadi momentum yang baik bagi pemerintah Babel untuk mengubah pola pikir masyarakat dan melakukan action ke depan bahwa saatnya Babel itu tidak tergantung lagi dengan timah,†katanya.
Menurutnya, alternatif beberapa sektor unggulan seperti pariwisata, perdagangan, kelautan, perikanan, pertanian dan perkebunan itu harus segera dibangkitkan. “Jika peluang itu tidak segera ditangkap oleh pemerintah kita dan masyarakat, saya yakin, pertumbuhan ekonomi Babel ke depan bakal tersendat dan masyarakat kian susah,†jelasnya. (h5) |