Pertamina Siap Pasok BBM Sesuai Kebutuhan

Rabu, 06 Juli 2005, 06:18 WIB

JAKARTA, investorindonesia.com

Pertamina akan terus memasok BBM sesuai kebutuhan agar tidak terjadi gejolak dalam masyarakat, terutama pasokan premium yang paling banyak dikonsumsi.

"Keputusan pemerintah adalah untuk terus memasok BBM terutama premium, sehingga cadangan BBM akan kembali meningkat menjadi 22 hari seperti yang ditargetkan semula," kata Menteri RSDM Purnomo Yusgiantoro seusai Sidang Kabinet di Istana Presiden Jakarta, Selasa.

Pada akhir minggu lalu stok premium sudah naik menjadi 19 hari, namun turun lagi menjadi 18 hari dan diharapkan pada 27 Juli nanti stok kembali akan meningkat menjadi 22 hari.

Presiden menurut Purnomo, menekankan, agar prioritas utama adalah menjaga pasokan premium yang banyak dikonsumsi masyarakat, sehingga diharapkan tidak terjadi gejolak akibat kelangkaan premium.

Mengenai kelangkaan BBM akhir-akhir ini Purnomo menegaskan, ada sejumlah penyebabnya, baik itu faktor domestik maupun karena faktor dari luar.

Yang pertama adalah kendala teknis misalnya krisis BBM yang terjadi di Alor akibat kapal tanker yang akan memasok minyak tersebut tidak tepat waktu karena terjadinya gelombang.

Kedua, karena kerusakan kilang minyak yang menghambat suplai BBM seperti yang dihadapi oleh kilang minyak di Dumai akibat adanya kilang yang "ngadat".

Ketiga, karena meningkatnya kebutuhan akan BBM seperti yang terjadi di Bangka Belitung di mana BBM digunakan untuk tambang timah.

Keempat meningkatnya jumlah kendaraan bermotor baik roda ampat maupun roda dua seperti yang terjadi di daerah pantai utara Jawa.

Dilihat dari faktor global, menurut Purnomo, dahulunya kenaikan BBM sering dipicu oleh gejolak politik di Timur Tengah sebagai pemasok minyak utama dunia, namun sekarang lebih banyak disebabkan oleh "supply dan demand" di mana terjadi kenaikan konsumsi BBM dunia yang mencapai satu juta barrel per hari.

Sebab lainnya adalah musim panas di AS karena masyarakat banyak menggunakan kendaraan untuk berlibur, sementara OPEC sebagai produsen minyak belum bisa menambah produksi. Kondisi itu juga ikut berpengaruh pada kelangkaan BBM domestik.

Secara nasional, 70 % kebutuhan dipenuhi oleh kilang minyak dalam negeri, sementara 30 %nya diimpor.

Akibat melonjaknya harga BBM dunia yang mencapai 60 dolar AS per barrel, pemerintah harus mengeluarkan subsidi sekitar Rp138 triliun.

Sehingga kalau ada penambahan kebutuhan berarti akan ada lonjakan subsidi sekitar Rp 150 triliun.

"Untuk sementara APBN masih aman sampai saat ini, tetapi kita belum tahu akan sampai kapan kondisi seperti ini berlangsung," katanya.

Sebenarnya, kata Purnomo, peningkatan harga minyak dunia akan menambah pendapatan melalui migas tetapi di lain pihak subsidi akan melonjak.

Untuk menjamin pasokan BBM Pertamina, Purnomo meminta perhatian pemerintah, kuota pasokan BBM ditambah dengan pilihan penambahan kuota pada saat pengajuan APBN pada semester kedua tahun ini atau tetap dengan kuota yang ada dengan benar-benar menerapkan peraturan dan hukum yang berlaku seperti tindakan tegas terhadap penyelundup dan pengoplosan BBM. (ant)

sumber: