Pertambangan Kehilangan Investasi 500 Juta Dollar AS per Tahun
Jakarta, Kompas, 30 Janauri 2004 - Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya mineral yang relatif besar ternyata sejak krisis ekonomi tahun 1997 sudah kehilangan investasi di sektor pertambangan sekitar 500 juta dollar AS per tahun. Jika pada 1998 investasi di sektor pertambangan mencapai Rp 2 miliar dollar AS, kini sudah turun 10 kali atau tinggal 200 juta dollar AS. Demikian diutarakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan di Jakarta, Kamis (29/1).
Namun, menurut Purnomo, raibnya investasi tersebut bukan akibat kebijakan pemerintah, otonomi daerah, dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999. Penyebab merosotnya investasi semata-mata akibat krisis ekonomi tahun 1997.
Purnomo juga menambahkan, meskipun investasi mengalami penurunan, produksi perusahaan tambang di Indonesia mengalami peningkatan. Walaupun produksi itu adalah hasil kegiatan eksplorasi yang dimulai tahun 1990.
Adapun menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Tambang Indonesia (Indonesia Mining Association/IMA) Beni N Wahyu memang ada pengurangan investasi tambang di Indonesia. Beberapa investor telah mengalihkan investasinya ke Cina.
Namun, Wahyu mengatakan, Indonesia tetap memiliki peluang untuk menarik investor yang sudah hengkang. Alasan dia, karena Indonesia memiliki kekayaan mineral yang relatif besar.
Penerimaan negara dari sektor pertambangan mineral terancam anjlok pada pascatahun 2005 karena diperkirakan pada tahun itu investasi pada sektor tersebut akan menuju ke angka nol. Dugaan itu muncul karena sejak tahun 1997 tidak ada lagi investasi dalam kegiatan eksplorasi baru, kecuali investasi pengembangan wilayah tambang yang sudah ada.
Ingin investasi
Secara terpisah, Bupati Bojonegoro Mochamad Santoso kepada Kompas mengatakan, Pemda Bojonegoro bertekad untuk terjun di dunia bisnis industri minyak bumi dan gas (migas) melalui badan usaha milik daerah, PT Dharma Asri Sejahtera. Selain sumber daya manusia, anggaran sebesar Rp 3 triliun sudah disiapkan sebagai penyertaan modal dalam bisnis migas.
Saat ini, pihak Pemda Bojonegoro hanya tinggal menunggu penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina dan ExxonMobil Oil dalam melanjutkan kegiatan eksplorasi di sumur Banyu Urip.
"Kami berharap proses perundingan antara Pertamina dan Exxon berjalan mulus sehingga kegiatan eksplorasi bisa dimulai lagi. Kami siap terjun di bisnis migas tersebut dengan membeli saham 10 persen lewat perusahaan BUMD kami," kata Mochamad Santoso.
Dihubungi secara terpisah, Humas Exxon Mobil Deva Rachman mengatakan, pihaknya juga berharap agar kesepakatan dengan Pertamina segera diwujudkan. Sumur Banyu Urip yang merupakan daerah operasi milik Exxon masih belum beroperasi dan kegiatan itu terhenti sejak tahun 2002.
"Soal keinginan Pemkab Bojonegoro untuk ikut serta dalam pengelolaan migas, hal itu tergantung dari Pertamina. Jika sudah ada kesepakatan dengan pihak Pertamina tercapai, benefit operasional migas ini bisa dirasakan semua pihak," ujar Deva.
sumber: