PERKEMBANGAN PASAR TIMAH DUNIA (2)
Indonesia ke Puncak Produksi
Sementara perkembangan di Australia mengalami gangguan, banyak fokus dunia hanya tersisa untuk Indonesia. Bahkan, produksi Indonesia sangat mengesankan, 64.800 ton timah olahan (refined tin) tahun lalu, dengan sebanyak 45.906 ton dihasilkan oleh PT Timah. Tentu saja, produksi timah dalam konsentrat turun sebesar 20% ke 43.949 ton sementara stokpile timah dalam konsentrat berkurang 81% menjadi 1.978 ton. Stok Timah olahan juga berkurang sebesar 6% menjadi 4.046 ton, yang artinya kebanyakan perusahaan inventori timah (15.238 ton) dalam bentuk slag kadar rendah (low-grade slag) (20% timah berbanding 70% konsentrat).
Level stok timah saat ini sepertinya menjadi lebih rendah meskipun perusahaan telah memproduksi lebih dari 10.000 ton timah olahan dalam triwulan 4, gabungan antara kekurangan stok konsentrat dan dampak buruk musim hujan pada aktifitas kapal keruk telah mengakibatkan jumlah dalam triwulan 1 ini lebih sedikit, sehingga pengapalan tahun ini sampai pertengahan Maret hanya sebesar 4.500-5.000 ton dari tarjet sebesar 8.000 ton.
Bagaimanapun, musim hujan tidak menceritakan semuanya karena sebagian konsentrat PT Timah dibeli dari penambang skala kecil yang beroperasi pada wilayahnya. Penambang-penambang skala kecil ini menjual konsentrat ke PT Timah terutama untuk biaya penambangan, tetapi mereka sekarang mempunyai jalan lain untuk menjual material mereka yaitu smelter skala kecil, dan meskipun ekspor konsentrat timah adalah ilegal tetapi tidak untuk ekspor timah olahan. Produksi mereka sekarang mencapai 1.500-2.000 ton per bulan dari sebelumnya 500 ton per bulan pada akhir 2003. Konsekuensinya, baik PT Timah maupun PT Koba Tin bersaing dengan smelter skala kecil dalam hal material, dan harga konsentrat telah beranjak dari USD 4.000/ton ke lebih dari USD 7.000/ton , yang artinya baik PT Timah maupun PT Koba Tin sekarang bermaksud untuk mengerahkan kembali operasi penambangan mereka.
Lalu di mana lagi produksi dapat bertambah? Jawaban yang nyata adalah Cina, yang merupakan sumber utama logam olahan pada 1990-an dan 2000-2001. Bagaimanapun, itu telah berubah. Dan meskipun produksi Cina dilaporkan meningkat sebesar 20% pada 2 bulan pertama tahun ini tetapi ekspornya menurun. Ini lebih disebabkan oleh meledaknya konsumsi lokal, tetapi sepertinya juga disebabkan oleh pembuatan stok yang tidak dilaporkan. Namun demikian pertumbuhan produksi Cina akan terbatas sebagaimana penurunan produksi yang terutama disebabkan oleh penutupan tambang ilegal di Guangxi daripada sekedar alasan ekonomi.
10 Besar Produsen Timah Dunia 2003 (ton timah olahan) | |||
|
Produksi |
% dari produksi dunia |
% Kumulatif |
PT Timah (Indonesia) Minsur (Peru) MSC Group* Yunnan Tin (Cina) Thaisarco (Thailand) Liuzhou China Tin (Cina) CM Colquiri (Bolivia) Metallo-Chimique (Belgia) Mamore (Brasil) Novosibirsk (Rusia) |
45.906 39.122 37.089 31.662 15.225 13.143 11.500 7.737 7.600 4.100 |
16,6% 14,1% 13,4% 11,4% 5,5% 4,7% 4,2% 2,8% 2,7% 1,5% |
16,6% 30,7% 44,1% 55,5% 61,0% 65,8% 69,9% 72,7% 75,4% 76,9% |
* MSC termasuk 100% produksi PT Koba Tin |
|
Sumber: 2004 CRU International Limited dan beberapa tambahan dari redaksi
sumber: