Perizinan Di Indonesia Termahal Dan Terlama
Kebijakan perizinan satu atap (one roof service) yang dicanangkan pemerintah ternyata tak berjalan sesuai harapan. Perizinan di Indonesia termahal di dunia setelah Afrika. Selain itu, proses perizinan memakan waktu lama sehingga menyulitkan investor masuk ke
Itu sebabnya, kalangan pengusaha menganjurkan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai lembaga pemberi perizinan nasional diubah saja menjadi badan promosi.
"Mungkin bisa dipertimbangkan BPKM menjadi badan promosi saja dan perizinan diberikan kepada institusi dan lembaga yang memang kompeten," kata Ketua Kadin MS Hidayat usai seminar bertema investasi di
Selama ini, para pengusaha beranggapan, ada kontradiksi antara peraturan-peraturan di Pemerintah Daerah (Pemda) dengan kewenangan yang ada di BPKM. "Itu mesti diselesaikan segera. Review mengenai hal itu mesti dilakukan," tandasnya.
Hidayat bertutur, dia baru saja pulang dari
Sementara di Indonesia, untuk mendapatkan izin, para pengusaha harus menunggu selama 150 hari. "Perbedaan antara biaya investasi di
Di dunia ini, imbuhnya, hanya negara Afrika saja yang biaya perizinannya lebih mahal dibanding
151 hari
Menurut survei Bank Dunia, untuk memulai usaha baru di Indonesia, diperlukan 12 prosedur dan memakan waktu 151 hari dengan biaya lebih dari 1.000 dolar AS atau lebih dari Rp9 juta (dengan perhitungan kurs Rp9.000 per dolar AS). Sementara di negara tetangga, rata-rata perizinan bisa diselesaikan kurang dari 50 hari dengan prosedur yang lebih sedikit dan biaya yang jauh lebih murah.
"Yang jadi masalah high cost (biaya tinggi). Jadi regulasi itu mesti disederhanakan, dibuat lebih fair (adil), lebih kompetitif dibandingkan negara-negara lain. Paling nggak, sama lah," pinta Hidayat.
Dia menilai, berbelit-belitnya masalah perizinan membuat investasi di
Di tempat sama, pengamat ekonomi Faisal Basri juga berpendapat agar BPKM sebaiknya dihilangkan atau dilebur dengan lembaga lain. Jika BKPM nantinya difungsikan sebagai badan promosi, misalnya promosi ekspor, sebaiknya badan yang dipimpin Theo F Toemion itu digabung dengan Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN).
"Setelah diubah menjadi badan promosi, nantinya BPKM bisa mempromosikan produk-produk buatan