Penyakit Warga Buyat Masih Butuh Kajian

Penyakit Warga Buyat Masih Butuh Kajian

Kompas, 9 Mei 2005

 

Jakarta, Kompas - Tim Pakar Audit Kesehatan Masyarakat Kasus Buyat dan Ratatotok belum menemukan cukup bukti bahwa prevalensi beberapa penyakit di Buyat dan Ratatotok disebabkan oleh logam berat merkuri (Hg), arsen (As), dan antimon (Sb). Tim merekomendasikan agar ada kajian mendalam untuk mencari penyebab penyakit tersebut melalui pendekatan biomolekuler, genetik, dan perilaku.

Meski demikian, tim beranggotakan 10 orang ahli dari empat perguruan tinggi (Universitas Indonesia, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga) juga tidak meneliti hubungan sebab-akibat antara lingkungan yang diduga tercemar logam berat dan penyakit yang diderita warga.

"Studi ini hanya cross sectional yang hanya dilakukan pada Oktober hingga November 2004. Jadi, memang tidak dapat mengungkap apakah ada hubungan antara kegiatan pertambangan (PT Newmont Minahasa Raya dan pertambangan rakyat-Red) dan penyakit yang timbul di masyarakat," papar ketua

tim Prof Dr
Haryoto Kusnoputranto kepada wartawan di Kampus UI Salemba, Jumat (6/5).

Menanggapi hasil audit kesehatan tersebut, Manajer Humas Newmont Rubi W Purnomo mengatakan akan mempelajarinya dan memasukkan pengkajian kesehatan itu ke dalam laporan-laporannya.

Tujuan audit

Haryoto menambahkan bahwa audit kesehatan masyarakat itu secara umum untuk membuktikan ada atau tidak efek kesehatan atau gangguan kesehatan yang disebabkan bahan-bahan pencemar. Secara khusus antara lain untuk mengetahui kadar logam berat (Hg, As, dan Sb) di dalam darah dan rambut masyarakat di wilayah penelitian, yang meliputi Buyat Pante, Buyat, Ratatotok, dan Belang, serta wilayah kontrol di Tanah Wangko.

Audit kesehatan menyimpulkan, pola penyakit dari seluruh 222 responden yang diperiksa hanya 19,4 persen yang sehat. Selebihnya (80,6%) mengalami gangguan kesehatan berupa hipertensi (26,1%), neuropati (7,2%), diabetes (6,3%), arthritis (6,3%), gout (5,4%), lipoma atau benjolan (5,0%), infeksi saluran pernapasan akut (4,5%), tuberkulosis (4,5%), kelainan kulit (2,3%), dan lainnya (13,0%).

Dari seluruh gangguan kesehatan yang ditemukan di wilayah studi, hasil pemeriksaan klinis menunjukkan penyakit yang diduga terkait dengan pajanan logam berat adalah neuropati, lipoma, dan dermatitis. "Ternyata tidak ada perbedaan rerata masing-masing kadar pajanan-Hg, As, dan Sb-antara kasus penyakit yang diduga karena logam berat dan penyakit lainnya," ungkapnya.

Haryoto juga menegaskan bahwa nilai pajanan konsentrasi rata-rata dari seluruh logam berat yang diperiksa masih di bawah kadar yang ditolerir WHO/IPCS.

sumber: