Penjualan PTBA terpengaruh flu bur

Penjualan PTBA terpengaruh flu burung

 

TANJUNG ENIM, Sumsel (Bisnis): Penjualan briket batu bara PTBA Tanjung Enim, Kab. Muar Enim, Sumsel dalam tiga bulan terakhir menurun 50% akibat merebaknya wabah flu burung.

Manajer Unit Usaha Briket PT.Bukit Asam (PTBA), Tanjung Enim, Bisman Sitanggang mengatakan dari pemasaran sekitar 600 ton per bulan yang didistribusikan ke Pulau Jawa untuk konsumsi peternakan, hingga tiga bulan belakang ini tinggal 200 hingga 300 ton.

Dari konsumen PTBA, kata dia, yang paling produktif didominasi oleh peternakan, terutama di daeah Sumsel dan Pulau Jawa. "Namun semenjak flu burung, pasok briket menurun," tuturnya kemarin.

Bisman menjelaskan dari tiga unit penghasil briket PTBA sejak 1993 -- Tanjung Enim sebayak 10.000 ton per tahun, Lampung 5.000 ton, serta Gresik 5.000 ton -- hampir 60% dikonsumsi sektor peternakan. "Sisanya untuk rumah tangga dan rumah makan," ujarnya.

Menurut dia, permintaan briket sebagai sumber energi memanaskan anak-anak ayam di peternakan mulai menurun terhitung mulai Maret, April, dan Mei.

Kini, kata dia, berkurangnya permintaan membuat harga jual briket super yang diproduksi menggunakan teknologi Jepang serta menggunakan sistem karbonisasi menurun dari Rp1.200 per kg menjadi Rp1.050. "Harga ini, jauh dibawah biaya produksi," ujarnya.

Dengan kondisi ini, kata dia, mengancam perkembangan produksi briket. Apalagi, break even point (BEP) ditargetkan pada 2007.

Kalau hingga 2007 permintaan briket batu bara terus menurun, menurut dia, tidak tertutup kemungkinan pengolahan bahan tambang batu bara menjadi briket tutup. (k1)

sumber: