Pengusaha Siap Tinggalkan BBM

Jakarta, BanjarmasinPost


Para pengusaha mengaku siap meninggalkan bahan bakar minyak (BBM) dan beralih menggunakan gas serta batubara dalam proses produksinya. Langkah ini diambil menyusul akan dikeluarkannya kebijakan pemerintah tentang perubahan sumber energi industri dari BBM menjadi gas dan batu bara.

Rencana pergantian sumber energi bagi industri itu sudah dibahas dalam rapat terbatas (ratas) kabinet yang dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Kantor Presiden, Selasa (8/02) lalu.

Pemerintah menargetkan, dalam tiga hingga lima tahun mendatang seluruh industri di tanah air diharapkan sudah menggunakan sumber energi gas dan batu bara sebagai pengganti BBM.

Menurut Menko Perekonomian Aburizal Bakrie, peralihan dari BBM menjadi gas dan batubara itu merupakan kebijakan dan strategi industri pada masa mendatang. Dikatakan, cadangan gas alam Indonesia saat ini mencapai 188 triliun kubik, sementara cadangan batu bara tersedia untuk 100 tahun.

Sekjen Asosiasi Pengusaha Seluruh Indonesia (Apindo), Djimanto, mengatakan, rencana alih energi itu sudah pernah disampaikan Aburizal Bakrie kepada para pengusaha, jauh hari sebelum Aburizal terpilih sebagai Menko Perekonomian. Saat itu, para pengusaha menyatakan setuju.

Menurut Djimanto, pengusaha menyambut baik usulan tersebut, namun di sisi lain, pemerintah diharapkan mau memberi insentif kepada pengusaha yang nantinya mau menerapkan alih energi tersebut.

Insentif tersebut misalnya, pemerintah memberi keringanan pajak bagi pengusaha yang mau menggunakan gas dan batu bara. "Kalau industri yang tetap menggunakan minyak, pajaknya ditambah.

Lalu yang mau memakai gas dan batu bara, izin produksinya dan izin menggunakan tenaga kerjanya dipermudah," pinta Djimanto.

Insentif-insentif tersebut, menurutnya, lebih banyak berhubungan dengan sektor moneter. Karena itu, dia berharap, pemerintah bisa bekerjasama dengan Bank Indonesia terkait hal pemberian insentif.

Djimanto menegaskan, pada dasarnya para pengusaha sangat setuju kebijakan alih energi energi. Apalagi selama ini, ketersediaan gas dan batu bara di tanah air cukup berlimpah. Penggunaan gas dan batubara itu juga diperkirakan bisa mengurangi biaya produksi.

"Teknologinya juga sudah ada. Masalahnya kan tidak ada insentif untuk itu," tandasnya.

Menko Perekonomian sebelumnya mengatakan, alasan utama akan diterapkannya alih energi terkait makin mahalnya harga BBM.

Djimanto memperkirakan, dalam jangka tiga tahun ke depan, seluruh industri besar diperkirakan sudah bisa beralih dari BBM ke batu bara dan gas.

Namun, untuk industri kecil, penerapan kebijakan alih energi itu relatif agak sulit.

"Industri rakyat, industri skala kecil, mungkin baru sekitar tujuh tahun ke depan baru bisa beralih ke gas dan batubara. Kendalanya, alat untuk konversi (mengubah) itu," tandasnya.

sumber: