Pengusaha Cina Berminat Biji Besi Dan Pasir Kwarsa Kalbar
Liputan Khusus - 30/09/2004 - 15:13 WIB
Republik Rakyat Cina (RRC) yang berpenduduk sekitar 1,3 milyar dan pada tahun 2003 pendapatan perkapitanya mencapai sekitar US $ 1000, sementara penduduk yang berdiam di kota-kota besar seperti Shanghai, Beijing, dan Tianjin telah mencapai pendapatan perkapitanya antara US $ 4000 sampai dengan US $ 7500.
Republik Rakyat Cina (RRC) yang berpenduduk sekitar 1,3 milyar dan pada tahun 2003 pendapatan perkapitanya mencapai sekitar US $ 1000, sementara penduduk yang berdiam di kota-kota besar seperti Shanghai, Beijing, dan Tianjin telah mencapai pendapatan perkapitanya antara US $ 4000 sampai dengan US $ 7500.
Perkembangan ekonomi yang begitu pesat di RRC sejak dilancarkannya “ Reformasi dan Kebijakan Pintu Terbuka “ yang dimotori oleh Perdana Menteri Deng Ziao Peng tahun 1978 telah menjadikan negeri tirai bambu ini sebagai raksasa ekonomi baru dan sekaligus dijadikan pasar yang potensial bagi negara-negara industri maupun negara-negara berkembang penghasil produk / komoditi yang berasal dari Sumber Daya Alam (SDA).
Kemajuan dan perkembangan ekonomi di RRC telah membawa pula dampak penting bagi Indonesia yang membuka kembali hubungan diplomatik pada tahun l979 dengan negeri yang berpenduduk terbesar di dunia ini.
Hubungan perdagangan Indonesia – RRC berkembang secara signifikan sejak tahun 2000 dengan neraca perdagangan yang surplus. Menurut Dubes RI di RRC, Aa Kustia sejak tahun 2002 nilai eksport Indonesia mencapai US $ 7,6 milyard dan terus meningkat sehingga pada tahun 2004 ini, nilai eksport Indonesia ke RRC ditarget menjadi US $ 12 Milyard dan sampai dengan bulan Agustus 2004, telah terealisasi sebesar US $ 10,5 Milyard.
Pertama kali, dengan latar belakang perkembangan ekonomi RRC yang terus meningkat bersamaan pula neraca perdagangan Indonesia dengan negeri ini mengalami surplus dari tahun ke tahun dan meningkat pula secara tajam, maka Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Depperindag mensponsori dan mengkoordinir penyelenggaraan Pameran Tunggal Produk–Produk Indonesia atau “Indonesia Solo Exhibition“ untuk pertama kalinya di Beijing dari tanggal 30 Agustus s/d 03 September 2004.
Kemajuan dan perkembangan ekonomi di RRC telah membawa pula dampak penting bagi Indonesia yang membuka kembali hubungan diplomatik pada tahun l979 dengan negeri yang berpenduduk terbesar di dunia ini.
Hubungan perdagangan Indonesia – RRC berkembang secara signifikan sejak tahun 2000 dengan neraca perdagangan yang surplus. Menurut Dubes RI di RRC, Aa Kustia sejak tahun 2002 nilai eksport Indonesia mencapai US $ 7,6 milyard dan terus meningkat sehingga pada tahun 2004 ini, nilai eksport Indonesia ke RRC ditarget menjadi US $ 12 Milyard dan sampai dengan bulan Agustus 2004, telah terealisasi sebesar US $ 10,5 Milyard.
Pertama kali, dengan latar belakang perkembangan ekonomi RRC yang terus meningkat bersamaan pula neraca perdagangan Indonesia dengan negeri ini mengalami surplus dari tahun ke tahun dan meningkat pula secara tajam, maka Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Depperindag mensponsori dan mengkoordinir penyelenggaraan Pameran Tunggal Produk–Produk Indonesia atau “Indonesia Solo Exhibition“ untuk pertama kalinya di Beijing dari tanggal 30 Agustus s/d 03 September 2004.
Pameran dagang yang bertujuan untuk lebih mengenalkan produk Indonesia baik yang bersipat barang jadi dan setengah jadi untuk memasuki pasar yang potensial di RRC diikuti oleh sejumlah Perusahaan Swasta dan BUMN serta Pemda Propinsi di Indonesia. Antara lain ikut membuka stand PTPN 13, Perusahaan Agro Manunggal Group serta UKM yang memproduksi tenunan tradisional dan kerajinan yang ditampilkan oleh stand Pemda Kaltim, Kalteng dan Pemda Aceh serta Pemda Propinsi Papua.
Sedangkan stand Pemda Kalbar lebih menampilkan penyajian bahan–bahan informasi tentang potensi SDA dengan produk unggulannya seperti Lidah Buaya/Aloe vera, Karet dan CPO serta potensi bahan galian berupa Biji Besi, Pasir Kwarsa, Antimoni dan lain sebagainya.
Dubes Aa Kustia dalam pertemuannya dengan delegasi Kalbar yang mengikuti Pameran ISE ini dan dipimpin oleh Wagub LH Kadir menjelaskan bahwa pengusaha-pengusaha Cina telah lama mengenal Indonesia dan potensi ekonominya sejak sebelum kemerdekaan.
Ekspor Indonesia ke negeri ini disamping komoditi primer seperti Karet, Kopi, Teh, CPO juga produk–produk bahan galian yakni Batu Bara, Gas, Biji Besi dan minyak mentah.
Komoditi dan bahan galian tersebut secara faktual banyak tersedia di Indonesia dan dalam hal ini terbuka kesempatan yang luas bagi pengusaha Indonesia untuk melakukan hubungan dagang dengan pengusaha Cina.
Menurut Dubes Kustia yang telah bertugas di RRC sekitar 3 tahun, dalam berhubungan bisnis dengan pengusaha Cina, para pengusaha Indonesia hendaknya memiliki kesabaran dan keuletan.
Saling percaya, pengusaha Cina sangat ulet dalam bernegosiasi bisnis terutama dalam menentukan kesepakatan harga jual/beli komoditi yang diperdagangkan. Berlainan dengan sifat Pengusaha Barat yang selalu berorientasi kepada legal/hukum formal dalam menyelesaikan suatu perselisihan dagang, maka pengusaha cina lebih menyukai pada pendekatan informal/pribadi.
Untuk melancarkan hubungan bisnis dengan Pengusaha Cina lebih tepat menggunakan pendekatan pribadi dan berupaya membangun sikap "saling percaya" antara kedua belah pihak. Hal–hal yang semacam ini tampaknya kurang dimiliki oleh pengusaha Indonesia terutama kalangan pengusaha muda yang kadang–kadang “sering tidak sabar“ dalam mengadakan hubungan bisnis dengan pengusaha Cina, kata beberapa sumber dari kalangan pengusaha Indonesia yang telah lama mengadakan hubungan dagang di negeri tirai bambu ini.
Bagi Daerah Kalbar yang ikut dalam ISE pertama kali ini, dapat lebih mempromosikan komoditi unggulan seperti Aloevera, CPO dan bahan galian berupa Biji Besi, Batu Bara dan Pasir Kwarsa.
Beberapa pengusaha Cina yang mengunjungi “Stand Kalbar“ pada umumnya tertarik dan berminat dengan potensi bahan galian berupa Batu Bara, Pasir Kwarsa dan Biji Besi.
Dalam merespon terhadap pameran dagang Indonesia yang pertama kali ini, tampaknya pengusaha Cina lebih menunjukkan sikap sebagai seorang Trader/Pedagang dari pada sebagai calon investor.
Terhadap potensi bahan galian yang terdapat di Kalbar berupa Biji Besi dan Pasir Kwarsa, menurut Kepala Dinas Pertambangan, Ir Aryanto B. Hardigaluh yang langsung memberikan informasi tentang potensi tersebut kepada pengusaha Cina yang mengunjungi stand Kalbar, umumnya mereka menanyakan tentang persediaan jumlah tonase Biji Besi dan Pasir Kwarsa yang telah tersedia, harga perton dan kondisi pelabuhan di Kalbar. Mereka umumnya berminat membeli secara langsung bahan galian dengan persyaratan antara lain, kapasitas pelabuhan laut yang dapat disandari kapal dengan bobot muatan sekitar 50.000 - l00.000 ton. Sedangkan secara faktual kapasitas pelabuhan di Kalbar baru dapat disandari kapal yang dapat memuat sekitar 10.000 – 16. 000 ton.
Inilah salah satu kendala dalam upaya memanfaatkan secara ekonomis potensi bahan galian di Kalbar dalam kaitan dengan tersedianya infra struktur yang dapat mendorong arus perdagangan dan investasi dalam skala besar di Daerah Kalbar.
Namun demikian, beberapa pengusaha Cina antara lain yang tergabung dalam Beijing Steel Industry & Trade Group Corporation dan Shun Ji Che Internasional Investment, telah menyatakan minatnya untuk menjajaki kemungkinan investasi dan perdagangan bahan galian Pasir Kwarsa, antimoni dan Biji Besi yang terdapat di kawasan Kecamatan Kendawangan dan Pesaguan Kabupaten Ketapang serta Kecamatan Mandor dan Toho Kabupaten Pontianak, sementara antimoni dan Biji Besi terdapat di Kecamatan Hulu Gurung Kapuas Hulu.
Dalam kaitan dengan rencana investasi tersebut, kepada pengusaha Cina telah ditawarkan mendirikan perusahaan Joint Ventura dengan pengusaha Indonesia dengan menanamkan modalnya untuk kegiatan yang dimulai dari eksplorasi sampai dengan eksploitasi dan perdagangan eksport.
Kabarnya dari hasil mengikuti pameran “ ISE “ ini, beberapa pengusaha Cina yang telah mendapatkan informasi tentang potensi bahan galian Pasir Kwarsa dan Biji Besi dalam waktu dekat akan mengirim tenaga ahlinya (geologist) untuk mulai melakukan penelitian awal di lapangan secara langsung menyangkut potensi bahan galian tersebut.
Minat pengusaha asing khususnya pengusaha Cina untuk memulai penjajakan berinvestasi dan berdagang secara langsung di Kalbar, mulai terbuka dan tindak lanjutnya serta realisasinya sangat dipengaruhi dengan iklim yang kondusif dan pelayanan perizinan yang cepat yang dalam era otonomi ini merupakan kewenangan Pemda Kabupaten.
(Catatan Kepala Badan Informasi Daerah Provinsi Kalbar, H. Yakob Mohsin, SH,MH dari pameran ISE di Beijing)