Penguatan Harga Saham INCO Akan Tertahan

Penguatan Harga Saham INCO Akan Tertahan
Kamis, 23 Juni 2005, 00:22 WIB

Penguatan harga saham PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) yang terjadi pada Rabu (22/6) sebesar Rp 300 akan tertahan karena aksi ambil untung investor. Menurut analis, penguatan harga saham ini sudah terlampau tinggi sehingga mendorong pemilik dana segera merealisasikan keuntungan yang diperoleh.

“Sebaiknya jangan beli dulu saham INCO dalam jangka pendek, tapi kalau untuk investasi jangka panjang masih layak dikoleksi,� kata analis Meridian Capital Indonesia M. Habdi kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (22/6).

Pada perdagangan Rabu (22/6), saham INCO ditutup menguat Rp 300 dari posisi Rp 14.350 ke level Rp 14.650. Saham pertambangan tersebut ditransaksikan sebanyak 177 kali, dengan volume transaksi sebesar 859.000 lot saham dan nilai transaksi sebesar Rp 12,565 miliar.

Menurut Habdi, secara fundamental saham INCO tetap layak dikoleksi karena kinerjanya menjanjikan. Laba bersih 2004 dapat mencapai US$ 265,09 juta dari tahun sebelumnya yang hanya US$ 104,19 juta. “Tahun ini diperkirakan naik lagi karena harga jual komoditi tambang khususnya nikel juga meningkat,� jelas Habdi.

Habdi mengatakan, earning per share (EPS) saham International Nickel kembali tumbuh positif karena tahun sebelumnya menurun. EPS 2003 bisa tumbuh sekitar 0,42% tapi di 2004 turun menjadi 0,27%. “Valuasi saham ini masih murah dibanding saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) karena price to earning ratio (PER) INCO hanya 5,87 kali dan price to book value (PBV)-nya 1,45 kali sedang PER ANTM 7,54 kali dengan PBV 1,9 kali,� katanya.

Habdi melanjutkan, secara teknis saham INCO masih berpeluang menguat meski dalam kisaran terbatas karena indikator relative strength index (RSI) mulai mengarah ke area overbought. “Malah indikator williams% (W%R) sudah menunjukkan overbought,� ujarnya.

Di tempat terpisah, pengamat dan praktisi pasar modal Deri Ramadhan mengatakan, kinerja perusahaan tambang itu pada tahun 2005 masih baik karena didukung depresiasi nilai tukar rupiah dan tingginya harga jual komoditas nikel. “Perusahaan ini menargetkan volume penjualannya di tahun ini diperkirakan relatif sama seperti tahun lalu sebesar 160 juta pon,� jelasnya.

Deri mengatakan, dari sisi teknis, indikator stochastic oscillator menujukkan penguatan karena posisinya belum overbought. “Indikator RSI juga mengatatakan hal serupa,� ujarnya.

Emisi Obligasi

Sementara itu, PT International Nickle Indonesia Tbk (INCO) kabarnya pada tahun 2005 ini berencana menerbitkan obligasi senilai US$200-300 juta.

Bahkan untuk merealisasikan niat tersebut, perusahaan tambang itu disebut-sebut telah menunjuk Morgan Stanley dan JP Morgan Chase & Co sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi. Dana hasil penerbitan surat utang itu kemungkinan besar akan dipergunakan untuk belanja modal meningkatkan kapasitas yang mencapai US$280 juta selama empat tahun ke depan.

Rekomendasi

Setelah membaca sisi teknis, M. Habdi merekomendasi sell on strength saham International Nickel Indonesia untuk jangka pendek. Tapi untuk menengah dan panjang, dia merekomendasi buy on weakness. “Support saham ini ada di posisi Rp 14.000 dan resistance pada level Rp 15.000,� ujarnya.

Deri Ramadhan merekomendasi buy on weakness saham INCO untuk jangka pendek. Sedang untuk menengah dan panjang, dirinya tetap menyarankan beli. “Support-nya di Rp 13.800 dan resistance ada pada posisi Rp 15.000,� jelasnya. (asp)

sumber: