Pengolahan Besi Juga Butuh Perhatian (4)

Sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan bijih dan pasir besi dalam jumlah besar, industribesi dan baja di Indonesai masih sangat tergantung pada bahan baku pembuatan baja dan besi dari luar negeri berupa pig iron dan sponge iron. Impor bahan baku tersebut pada tahun 2008 sebesar 516,2 ribu ton dimana sebagian besar diimpor dari Brazil. Sementara itu, bijih besi yang dihasilkan oleh sektor pertambangan di Indonesia dipasarkan dalam bentuk raw material ke luar negeri.

Saat ini ada dua produsen baja, PT Mandan Steel dan PT Meratus Jaya Iron&Steel, akan merealisasikan investasi senilai US$ 285 juta pada tahun ini di Kalimantan Selatan. Mandan Steel merupakan produsen baja asal Tiongkok yang akan merealisasikan pembangunan pabrik baja hulu di Kalsel senilai US$ 220 juta.

Sedangkan Meratus merupakan usaha patungan (joint venture) PT Krakatau Steel dan PT Aneka Tambang Tbk. Investasi Meratus di Kalsel ditujukan guna membangun pabrik baja hulu senilai US$ 65 juta. Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Suryawirawan menerangkan Selasa lalu (12/1), Mandan Steel akan mulai membangun pabrik baja hulu di Kalsel pada April 2010.  Mandan Steel akan membangun pabrik berkapasitas 500 ribu ton pada tahap pertama April 2010. Pabrik baru itu akan memproduksi baja special alloy. 

Investasi baja itu sangat perlu direalisasikan seiring lonjakan harga produk itu di dunia. Berdasarkan data Midle East Steel—lembaga riset baja di Timur Tengah, harga baja dunia melonjak 27% pada periode Januari 2009 dibandingkan Januari 2010 menjadi US$ 601 per ton dari US$ 430 per ton.

Sedangkan terkait konsumsi baja domestik, diprediksi meningkat 7-10% seiring pemulihan ekonomi global pascakrisis. Konsumsi baja nasional pada tahun ini diproyeksikan mencapai 8-9 juta ton. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan 2009 yang mencapai 7-8 juta ton.

Depperin juga mengakui adanya kekhawatiran produsen baja lokal terkait dampak implementasi perdagangan bebas Asean-Tiongkok (AC-FTA).  Konsumsi baja nasional dipasok 50% produksi lokal dan sisanya produk impor yang didominasi produk Tiongkok. Dengan perhitungan itu, impor baja Tiongkok mendekati 3 juta ton.

Rencana pengembangan yang juga penting adalah PT Krakatau Steel akan menyelesaikan kajian perjanjian joint venture dengan Pohang Iron and Steel Corporation (Posco) April 2010. Kerjasama dengan perusahaan Korea Selatan itu adalah untuk pendirian pabrik baja patungan senilai US$ 6 miliar yang berkapasitas 6 juta ton per tahun.

 

Admin

sumber: