Pengembangan pabrik batu bara cair dikaji
 Pengembangan pabrik batu bara cair dikaji
 Tamb. & Infrastruktur, Senin, 11/07/2005
JAKARTA (Bisnis): Pemerintah akan mengembangkan tiga pabrik pencairan batu bara sebagai upaya diversifikasi energi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di masa datang.
Direktur Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agus Salim Dasuki mengatakan pengembangan tiga pabrik pencairan batu bara dilakukan BPPT dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Hal itu, menurut dia, mengacu pada isi Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (PEN), yang diluncurkan akhir Juni lalu.
"Tiga pabrik itu kemungkinan akan didirikan di Berau Kalimantan Timur, Muara Enim Sumatra Selatan, dan satu lagi di Kalimantan Selatan," kata Agus, akhir pekan lalu.
Pembangunan ketiga instalasi pabrik, yang sedang dalam pembahasan dengan Jepang itu, ditargetkan selesai semua pada 2025.
Itu pun, katanya, sebagai perluasan dari pembangunan demo plant yang selesai penuh dan memulai produksi pada 2009.
Dia menerangkan demo plant ini mempunyai kapasitas pabrik 6.000 ton batu bara per hari, dimana satu ton batu bara akan menghasilkan 4,5 barel bahan batu bara cair (crude synthetic oil/CSO) dengan harga berkisar US$25-US$33 per barel.
Adapun batu bara yang akan digunakan dalam produksi coal oil ini adalah batu bara muda yang banyak terdapat di Tanah Air. "Kami akan memakai ground coal yang tersebar di mulut tambang."
Batu bara cair, kata Agus, akan membantu mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak bumi yang saat ini mencapai sekitar 54% dalam bauran energi nasional.
Sejak 1981
Menurut dia, pengembangan batu bara cair ini sebenarnya sudah digodok sejak lama. Gagasan ini muncul dalam kebijakan energi yang diluncurkan Badan Koordinasi Rencana Energi Nasional (Bakoren) pada 1981.
Kebijakan tersebut meliputi kegiatan intensifikasi, diversifikasi, dan konservasi energi. Namun sejak kurun waktu tersebut pemerintah masih perlu mengkaji kelayakanfeasibilitas proyek seperti lokasi, konsep desain, dan detail desain.
Agus menambahkan proyek ini nantinya masih akan dipegang oleh perusahaan negara, mengingat kebutuhan investasi yang sangat besar. Untuk itu proyek ini juga akan diangkat sebagai program nasional dengan pelaksana konsorsium.
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, dalam situs kementeriannya, mengatakan teknologi pencairan batu bara sangat potensial untuk dikembangkan karena Indonesia memiliki sumber daya batu bara kadar rendah (lignit) hampir separuh dari total sumber daya batu bara nasional yang sekitar 57,8 miliar ton.
Dia optimistis dengan hasil percobaan yang dilakukan di pabrik percontohan pencairan batu bara di Palimanan, Cirebon.
CSO hasil uji coba dari tiga contoh batu bara kadar rendah itupun masih di bawah harga BBM saat ini.
Karena itu dibandingkan dengan harga minyak mentah yang melambung menembus rekor pada pekan ini, proyek tersebut sangat potensial untuk dikembangkan.
Selain proyek pencairan batu bara, pemerintah juga menunggu partisipasi swasta dalam berbagai aktivitas yang tertuang dalam cetak biru PEN. (02)
sumber: