Pengadaan tungku briket fokus ke IKM

Pengadaan tungku briket fokus ke IKM

Bisnis, 15 November 2005

 

JAKARTA: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah akan memfokuskan pengadaan tungku atau kompor briket batu bara bagi kalangan UKM yang bergerak di berbagai sektor industri.

Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan hal tersebut berdasarkan pertimbangan teknis masa pemakaian briket batu bara yang sesuai dengan kebutuhan kalangan UKM.

"Kami mempunyai konsep, untuk sementara ini memprioritaskan pengadaan tungku batu bara bagi kalangan UKM, bukan kalangan rumah tangga," katanya seusai Halal bi Halal di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM, kemarin.

Dia menyatakan pembakaran briket batu bara tidak seperti minyak tanah yang dapat dipadamkan setiap saat. Pembakaran briket umumnya memakan 4 jam-8 jam nonstop.

Industri yang difokuskan a.l. sektor industri makanan-minuman, seperti rumah makan dan layanan jasa boga (catering service).

Suryadharma mengatakan sudah mengirim tim kecil untuk melakukan studi banding pembuatan tungku briket ke China, sebagai salah satu upaya mencari rancangan tungku briket batu yang sesuai dengan kebutuhan UKM di Indonesia.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gappmi) Thomas Dharmawan menyatakan penggunaan tungku briket batu bara sebaiknya difokuskan bagi kalangan IKM, termasuk restoran dan warung.

"Kalau dibandingkan dengan minyak tanah yang harga rata-rata Rp2.250, maka penggunaan briket batu bara terbukti lebih efisien," papar Menteri.

Kalangan IKM makanan-minuman, jelasnya, harus mampu menambah modal bagi pengadaan BBM, seperti minyak tanah. IKM juga harus mengalokasikan dana lebih besar untuk distribusi produk karena peningkatan ongkos transportasi.

"Kenaikan harga BBM kali ini memang di luar perkiraan, khususnya untuk kenaikan harga minyak tanah yang mencapai lebih dari 120%, itu berpengaruh kepada peningkatan biaya produksi," katanya.

Stok

Suryadharma Ali juga mengatakan kendala lain penggunaan tungku briket batu bara bagi UKM, yakni soal ketersediaan briket.

"Kapasitas produksi kalangan UKM briket batu bara itu mungkin berkisar 5.000 ton-10.000 ton per tahun, secara keseluruhan produksi briket kita hanya sekitar 30.000 ton."

Sedangkan kebutuhan briket bagi 1 juta unit tungku dalam sehari mencapai 2.000 ton. Oleh karena itu, Kemenkop sedang berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menyeimbangkan ketersediaan dan kebutuhan batu bara.

Salah satunya adalah dengan Kementerian BUMN, yang menugaskan beberapa BUMN untuk mendirikan pabrik-pabrik batu bara di berbagai daerah seperti di Jatim, Jateng, Jabar, dan Banten.

"PT Bukit Asam juga akan meningkatkan produksi batu baranya. Kapasitas produksi batu bara mencapai 135.000 ton per tahun, karena beberapa waktu yang lalu permintaanya masih kecil, PTBA baru memproduksi sekitar 25.000 ton," paparnya.

Himpunan Pengusaha Swasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menyatakan sedang membangun 16 unit pabrik briket batu bara untuk memenuhi kebutuhan sektor IKM yang mulai mengalihkan bahan bakar minyak tanah ke jenis bahan bakar ini.

Ketua Hiswana Migas Nur Adib mengungkapkan ke-16 pabrik itu tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dengan total kapasitas produksi 500.000 ton per tahun.

Pembangunan setiap pabrik membutuhkan dana Rp3,5 miliar yang bersumber dari anggaran Hiswana Migas, dan sebagian lainnya tengah diupayakan berasal dari pembiayaan Bank BRI. "Seluruh pabrik diharapkan sudah dapat berope-rasi mulai tahun depan," katanya.

sumber: