Penerimaan dari batu bara sulit capai target
Penerimaan dari batu bara sulit capai target
Bisnis, 13 Desember 2005
ÂÂ
Cuaca yang tidak bersahabat ditambah de-ngan anjloknya harga bahan tambang itu diklaim sebagai faktor utama tidak tercapainya target produksi.
Bambang Hartoyo, Kasubdit Produksi dan Pemasaran Direktorat Pengusahaan Mineral Batubara, Ditjen Geologi, Sumber Daya Mineral dan Panasbumi, mengungkapkan hingga triwulan ketiga tahun ini, produksi batu bara baru mencapai 120 juta ton.
Artinya masih kurang sekitar 30 juta ton lagi untuk mengejar target yang ditetapkan dalam jangka waktu tiga bulan berikutnya. "Kalau tidak tercapai [targetnya] mungkin kurangnya sekitar 5%," ujarnya, kemarin.
Padahal, berdasarkan kesepakatan pemerintah dan DPR, penerimaan dari hak pemerintah terhadap pengelolaan pertambangan batu bara pada tahun ini, termasuk royalti ditargetkan Rp3 triliun.
Sehingga jika terjadi penurunan 5% dari target yang ditetapkan maka pemerintah hanya akan mendapatkan penerimaan dari hak pemerintah serta royalti batu bara sebesar Rp2,85 triliun atau kehilangan Rp150 miliar.
Bambang menjelaskan tidak tercapainya target tersebut akibat curah hujan di wilayah pertambangan batu bara yang sangat tinggi dalam beberapa bulan terakhir.
"Curah hujan yang tinggi sangat memengaruhi produksi, akibatnya produksi tidak bisa maksimal," katanya.
Meski produksi batu bara turun pada tahun ini, Bambang menyatakan pemerintah tetap menargetkan produksi batu bara yang cukup tinggi pada 2006 yaitu 165 juta ton.
Faktor harga
Hal lain yang membuat produksi menurun pada tahun ini hingga target tidak tercapai adalah anjloknya harga batu bara di pasar internasional.
Harga batu bara di pasar internasional anjlok dari US$42 per ton menjadi hanya US$31 per ton akibat perubahan kebijakan di
"Batu bara turun dipengaruhi oleh policy
Menurut Bambang, harga ideal untuk dapat memicu terus produksi batu bara di dalam negeri adalah harga internasional yang turun sedikit dari US$42 per ton menjadi sekitar US$37-US$40 per ton.
Selain itu, Bambang menjelaskan pemerintah telah membuat kebijakan untuk mengurangi ekspor secara bertahap hingga 2025 karena ke-butuhan domestik yang semakin meningkat.
"Ekspor batu bara sekarang ini hingga 2015 masih cukup besar. Sampai 2010 kebutuhan domestik akan mencapai 40%, ekspor 60%. Pada 2015 ekspor dan kebutuhan domestik sudah seimbang dan tahun 2020 ekspor 40% serta 60% domestik. Sehingga pada 2025 akan tercapai 70% untuk domestik dan 30% ekspor."
Pada 2025, total batu bara yang dibutuhkan untuk domestik mencapai 194 juta ton dari total produksi pada tahun tersebut yang diperkirakan akan mencapai 300 juta ton sehingga ekspor hanya kebagian 106 juta ton," katanya. sumber: